PROPORSIONAL
NILAI UJIAN NASIONAL
SEMESTINYA
MAKSIMAL 15% PADA PENILAIAN AKHIR
Oleh:
Bambang
Purnomo
Menilai seseorang
diasumsikan sama dengan seorang hakim yang sedang memutuskan hukuman
bagi para pelanggar hokum. Tentu kajian yang mendalam melalui penyidikan, penyelidikan, observasi, wawancara dan
sejumlah kegiatan yang pada akhirnya pada suatu putusan pengadilan. Sama halnya
BSNP yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menentukan format penilaian dan
retorika penilaannya tentu harus berlaku bijak dan berfikir secara
komprehensif. Yang dimaksud komprehesif dalam hal ini adalah untuk menentukan
rumus penilaian akhir yang sebenarnya tidak harus yang sudah di atur dalam
permen 45 tentang kelulusan peserta didik, khususnya proporsional rumus NA = 60
UN +40 NS, perlu dikaji ulang dengan situasi dan kondisi pendidikan di
Indonesia yang sangat luas, unik , dan beragam
karena adanya wilayah kepulauan yang terbagi menjadi banyak wilayah,
suku, dan kondisi demografi yang menjadikan pendidikan di Indonesia
relatif sangat beragam.
Standar pelayanan minimal (SPM) yang didukung oleh
kondisi minimal seperti yang terdapat pada Standar Nasional Pendidikan (SNP)
itupun belum semua sekolah di seluruh wilayah Indonesia belum sampai pada
kondisi ideal yang minimal, sehingga tentu saja pencapaian pengembangan delapan standar nasional pendidikan itupun
juga menjadi sangat beragam bahkan ada sebagian wilayah yang kondisinya jauh
dari stadar nasional pendidikan.
Dengan kondisi demikian tentu saja BSNP mempunyai tugas
yang berat untuk membuat formula penilaian agar kepentingan pemerintah untuk
memetakan kualitas dan kuantitas pendidikan dapat dilakukan demikianpula
kebijakan pemerintah tentang program wajib belajar, program belajar tuntas,
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan (Pakem) serta
pembelajaran dengan pendekatan kontektual
(Contextual Teaching and Learning
Approach) juga dapat dikembangkan secara optimal.
Hasil ujian nasional tahun pelajaran 2010/2011 merupakan
salah satu unsur penilaian akhir dalam penentuan kelulusan ujian nasional.
Walaupun sudah mengakses adanya penilaian proses pada satuan pendidikan tetapi
proporsinya masih sangatlah tidak berimbang antara penilaian proses dan
penilaian hasil. Penilaian hasil (UN) sebesar 60% dinilai terlalu besar karena
proses hanya diberikan proporsi 40% termasuk ujian sekolah seperti yang
terlihat pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1:
Diagram proporsional Nilai Akhir dari BSNP
Dari gambar 1 diatas ditujukkan bahwa proposi nilai ujian
nasional (UN) sebesar 60% sedangkan nilai sekolah (NS) hanya 40 %. Memang
seolah hal ini sudah proporsional ditinjau dari tim yang ada di BSNP tetapi hal
ini masih menimbulkan nilai error yang cukup tinggi dan mungkin kadang-kadang
menimbulkan ketidakwajaran pada proporsi nilai-nilai yang 40% tersebut. Hal ini
dapat dipahami bahwa semua institusi sekolah berusaha agar dapat memberikan
hasil kelulusan yang optimal khusunya pada kuantitatif kelulusannya dan
kualitatifnya keprioritas berikutnya.
Ada hal yang masih kuarang wajar antara kepentingan
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui retorika penilaian dari
BSNP tetapi pemerintah juga memiliki kepentingan untuk menuntaskan bangsanya
wajib belajar 9 tahun (Wajar 9 tahun), implementasi Pakem dan implementasi
pembelajaran kontekstual. Dan untuk dua pendekatan pembelajaran penilaiannya
mengandung dua penilaian yaitu: penilaian proses dan penilaian hasil.
Proporsional yang dirumuskan BSNP seperti yang terlihat
pada gambar 2 di bawah ini:
Gambar 2:
Diagram proporsi penilaian proses yang masih sangat kecil dibanding penilaian
hasil
Pada gambar 2 di atas proporsi
penilaian hasil masih sangat dominan disbanding dengan penilaian proses yang
seharusnya perlu mendapatkan proporsi yang wajar. Karena masih ada yang tidak
wajar maka dipastikan akan membuka peluan untuk menimbulkan error yang kadarnya disesuaikan dengan
situasi dan kondisi satuan pendidikan masing-masing
Formula penilaian yang meminimalkan
tingkat error perlu diciptakan agar
proporsi penilaian proses dan penilaian hasil dapat proporsional. Kepentingan
pemerintah dapat terpenuhi, kepentingan satuan pendidikan dapat diakses sesuai
dengan kualitas dan kuatitas dari satuan pendidikan itu sendiri, para pendidik
bisa malaksanakan pembelajaran dengan pendekataa-pendekatan yang disarankan
pemerintah, para siswa dan orang tua siswa tidak stress karena moment
ujian nasional dan pemerintah sendiri
(BSNP) masih bisa melakukan pemetaan
melalui evaluasi hasil ujian nasional sekalugus dapat melihat retorika
proses dan hasil pembelajaran yang wajar dan sesuai dengan situasi dan kondisi
wilayah dan kemampuan pemerintah Indonesia saat ini. Berikut melalui gambar 3
ditunjukkan proporsi penilaian proses dan penilaian hasil yang mendekati wajar
sesuai dengan sistem penilaian di
Indonesia sesuai standar penilaian dalam
delapan standar nasional pendidikan.
Gambar 3:
Diagram proporsional dengan menggunakan proporsi kewajaran sesuai situasi dan
kondisi pendidikan di Indonesia saat ini.
Pada gambar 3 di atas terlihat proporsional penilaian
proses dan hasil yang mendekati kewajaran ditinjau dari situasi dan kondisi
pendidikan saat ini. Semestinya proporsi untuk hasil ujian nasional hanya 6%
saja tidak 60 seperti rumusan nilai akhir dari BSNP
sesuai Dengan proporsi yang
wajar tersebut ada yang bisa diambil manfaatnya antara lain:
1.
Tingkat error dapat diminimalkan, karena
satuan pendidikan akan bekerja keras agar semua unsure penilaian akan
dioptimalkan.
2.
Kepercayaan guru, siswa, orang-tua, dan
masyarakat semakin meningkat terhadap keberhasilan pendidikan anak didiknnya
dan memberi dukungan terhadap proses pembelajaran yang berkulitas karena semua
itu menjadi unsur yang berpengaruh secara proporsional.
3.
Ketakutan adanya kegagalan dalam
kelulusan dapat diminimalkan, yang ada hanya bagaimana untuk selalu
meningkatkan hasil baik kualitas maupun kuantitas dengan proses yang wajar
pula.
4.
Keuntungan pemerintah telah
memfasilitasi rasa tenang, kompetisi yang sehat, bekerja pada kondisi tidak
tertekan, usaha yang optimal pada satuan pendidikan dengan usaha yang wajar.
5.
Harga diri pemerintah bisa ditingkatkan,
karena setiap kegiatan ujian nasional yang ada bagaimana upaya wajar untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. (Mestinya Indonesia malu hanya
karena kegiatan ujian nasional Indonesia harus diributkan sampai-sampai Negara
lain bahkan ditingkat internasional tahu tentang hal ini, yang sebenarnya
secara individual bukankah anak bangsa ini tidak kalah cerdas dengan
bangsa-bangsa lain. Mari para pengambil keputusan untuk berfikir secara
nasional agar bangsa ini tidak dilihat sebelah mata oleh bangsa lain. Right or wrong is our country).
6.
Pemerintah dapat melakukan pemetaan
melalui evaluasi hasil dan proses secara wajar untuk pengembangan pendidikan
berikutnya, kalau ada ketidak wajaran pasti error
akan mengikuti.
Proporsi
yang mendekati kewajaran dan sesuai situasi kondisi pendidikan di Indonesia
saat ini dapat diperlihatkan pada gambar 4 di bawah ini:
Gambar 4:
Diagram yang proporsi hasil ujian nasional yang diporsikan maksimal 15% pada
penilaian akhir
Pada gambar 4 di atas dapat dilihat
bahwa proporsi hasil ujian nasional, hasil ujian sekolah, rerata raport
semester 1, rerata raport semester 2, rerata raport semester 3, rerata raport
semester 4, dan rerata raport semester 5 diporsikan masing-masing relative
sama. Tentang proporsi pada gambar 4 diatas diasumsikan bahwa penilaian proses
dan hasil itu kedudukannya sama pentingnya sehingga asumsi itu dapat diartikan
bahwa keberhasilan siswa dalam hal ini tidak dipandang dari out-put saja tetapi bagaimana out-come yang ditimbulkan dari proses
pendidikan itu. Coba kita renungkan seandainya semua anak bangsa ini di
targetkan hanya dari hasil tanpa mempertimbangkan proses yang proporsional,
sepertinya kalau sudah bernilai tinggi di ujian nasional akn berhasil dalam
hidupnya ternyata, keberhasilan hidup seseorang dipengaruhi oleh proses dan
pengelaman pembelajaran yang berkualitas. Untuk itu wacana proporsional
penilaian proses dan hasil perlu didudukan pada proporsi yang benar dan atau
menedekati benar sehingga tingkat error
dapat diminimalkan. Dengan tingkat error yang minimal insya. Alloh. Peningkatan
mutu yang didambakan oleh bangsa ini dapat dicapai dengan cara-cara yang wajar,
yang pada akhirnya peningkatan secara kualitas maupun kuantitas juga
berlangsung wajar. Hasil akhirnya harga diri bangsa ini dapat ditingkatkan.
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar