Rabu, 09 November 2011

EXPLORING THE LEARNING RESULT ANALIZING TO IMPROVE THE TEACHER’S PROFESIONALISM


EXPLORING THE LEARNING RESULT ANALIZING
TO IMPROVE THE TEACHER’S PROFESIONALISM 
Oleh:
Bambang Purnomo

KATA PENGANTAR

            Puji syukur peneliti  panjatkan ke hadirat Allah Swt.yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
            Penelitian Tindakan Berbasis Sekolah yang berjudul ‘Exploring the Learning Result Analizing to Improve The Teacher’s Profesionalism’dalam rangka untuk memberikan informasi faktual dan keberhasilan pelaksanaan  proses pembelajaran dalam bentuk laporan hasil pembelajaran. Pada umumnya data ilmiah tentang nasil pembelajaran dipandang sebagai kegiatan rutin belaka tetapi dengan tindakan analisa dan penyampaian kepada yang bersangkutan dapat menimbulkan motivasi bagi para guru untuk meningkatkan hasil pembelajaran yang pada akhirnya merupakan langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan untuk meningkatkan tingkat profesionalitasnya.
            Peneliti menyadari bahwa  tersusunnya karya tulis ilmiah ini atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu dalam pelaksanaan penelitian ini dan semoga semua amal baik mereka menjadikan pahala dihadapan Allah Swt.
            Peneliti juga menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan guna penyempurnaan.
            Akhirnya peneliti berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini barmanfaat dan menambah wawasan bagi peneliti khususnya dan sesama Kepala Sekolah Menengah Pertama pada umumya.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan para pelaku yang profesional. Profesional dalam hal ini guru dituntut untuk mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, menganalisa, dan menindak lanjuti apa yang sudah diperoleh dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
            Motivasi sangat diperlukan dalam meningkatkan profesionalisme guru. Salah satunya adalah mengetahui berapa besar perolehan dalam proses pembelajaran yang para guru di sekolah  lakukan. Usaha yang mendatangkan hasil umumnya bisa menimbulkan motivasi dalam bekerja. Dan tak akan ada motivasi yang tanpa harapan. Usaha yang penuh harapan akan meningkatkan kinerja yang berdampak positif terhadap peningkatan mutu dan hasil.
            Semakin guru tahu berapa besar perolehan proses pembelajarannya akan menimbulkan motivasi khusus bagi peningkatan profesionalisme guru tersebut.
            Kenyataan yang ada belum banyak guru yang mengetahui berapa besar tingkat profesionalisme mereka. Dan bahkan untuk mengetahui dari sisi mana guru sudah dianggap profesional atau belum profesional. Memang sekarang sudah ada sertifikasi guru profesional tetapi sangatlah perlu untuk tetap dikembangkan profesionalisme guru-guru tersebut secara terus menerus sehingga dampat sertifikasi guru benar-benar dapat menunjukkan adanya perubahan ke hal yang lebih baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah pada khususnya dan kualitas pendidikan nasional cecara umum.
            Upaya ekplorasi analisa hasil pembelajaran adalah salah satu untuk menginfirmasikan keberhasilan atau kegagalan guru dalam mel;aksanakan kegiatan pembelajaran tersebut. Dengan mengetahui hal tersebut dapat memberikan gambaran tentang tingkat  profesionalismenya.  Semakin tinggi perolehan hasil pembelajaranb semakin tinggi tingkat profesionalisnya.


B. Identifikasi Masalah
      Masalah-masalah yang dapat peneliti identifikasi dintaranya adalah sebagai berikut:
1.      Sebagian besar guru belum mengetahui tingkat profesionalismenya.
2.      Sebagian besar guru tidak tahu berapa nilai awal siswa sebelum pembelajaran dilaksaakan.
3.      Sebagian besar guru tidak mengalisa hasil perolehan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
4.      Sebagian besar guru tidak memanfaatkan data ilmiah yang mereka miliki.
5.      Sebagaian besar guru belum tahu utuk apa data ilmiah yang telah mereka capai.
6.      Sebagian besar guru menganggap bahwa kegiatan laporan merupakan kegiatan rutinitas.
7.      Kepala sekolah belum menganalisa hasil pembelajaran disekolahnya.
8.      Kepala sekolah belum menyampaiakan hasil analisa secara resmi dalam pertemuan dewan pendidik.
9.      Kepala sekolah belum menyampaiakan hubungan antara hasil perolehan pembelajaran dengan tingkat profesionalisme mereka.  
10.  Kepala seko;ah belum memanfaatkan forum koordinasi dan diskusi untuk membangun motivasi dalam meningkatkan profesionalisme.

C. Pembatasan Masalah

      Dari identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi pada masalah sebagai berikut:
1.      Mengupayakan agar tingkat profesionalisme guru dapat ditingkatkan.
2.      Forum koordinasi dan diskusi institusi  belum dimamnfaatkan untuk mengeplorasi informasi-informasi ilmiah termasuk salah satunya adalah hasil analisa perolehan hasil pembelajaran.

D. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang, maka secara spesifik masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Bagaimana meningkatkan profgesionalisme guru?
b.      Apakah mengekplorasi  analisa hasil pembelajaran dapat memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pembelajarannya?

Dua masalah tersebut diatas dapat diintegrasikan sehingga merupakan suatu pemecahan masalah untuk meningkatkan profesionalisme guru. Sehingga masalah tersebut peneliti rumuskan ” Apakah melalui ekplorasi analisa hasil pembelajaran dapat mengkatkan profesionalisme guru?”

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Secara umum Penelitian Tindakan Berbasis Sekolah (PTBS) ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengetahui berapa besar hasil pembelajaran yang didapat dalam semester 1 tahun pembelajaran 2008/2009.
2. Tujuan Khusus
            Penelitian Tindakan Berbasis Sekolah (PTBS)  ini dilaksanakan  memiliki tujuan khusus untuk meningkatkan tingkat profesinalisme guru dan kepala sekolah.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Berbasis Sekolah (PTBS)  ini dilaksanakan memiliki manfaat baik teorits maupun praktis. Manfaat teoritis dan manfaat prakti peneliti jelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian Tindakan Berbasis Sekolah (PTBS)   ini memiliki manfaat untuk mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatkan profesionalisme guru.
b. Penelitian Tindakan Berbasis Sekolah (PTBS)  ini memiliki manfaat sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
    Manfaat praktis tersebut sekurang-kurangnya memiliki 3 manfaat yang peneliti uraikan sebagai berikut:
a. Bagi Guru
            1) Untuk meningkatkan proses pembelajaran.
            2) Untuk meningkatkan profesionalisme.
b. Bagi Siswa
            1)  Untuk meningkatkan intensitas belajar siswa di sekolah sekolah.
            2)  Untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran.
3) Untuk meningkatkan kualitas penilaian guru.
c. Bagi Sekolah
            1)  Untuk memberikan informasi faktual tentang perolehan hasil                                    pembelajaran.
            2)  Untuk memberikan masukan pada sekolah dalam menyusun program
      kegiatan pada tahun pelajaran berikutnya.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
Secara teoritis penelitian tindakan ini memiliki landasan teori sebagai berikut:
1. Hasil Pembelajaran (The Learning Result )
            Hasil Pembelajaran adalah suatu hasil penilaian dari dilakukannya suatu proses belajar-mengajar pada seorang atau sekelompok orang dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Dalam hal ini penilaian dapat berupa tes dan non-tes. Untuk ranah kognitif sangat cocok dengan penilaian tes sedang ranah afektif dan psikomotor dapat dilakukan dengan pengamatan, unjuk kerja, dan cara-cara lain yang sesuai dengan informasi apa yang ingin didapatkan dari hasil penilaian tersebut.

2. Data Awal / Pre-Test Activity (N0)
            Data awal / pre-test activity (N0) dapat diperoleh dari pre-test pada awal sebelum suatu proses pembelajaran dilaksanakan. Dengan mengetahui berapa besar nilai awal yang ada pada kondisi anak didik sebelum pembelajaran dapat memberi gambaran seperti apa kondisi anak didik pada awal pembelajaran.Dengan apa atau dengan cara apa agar kondisi setelah pembelajaran diupayakan berubah ke kondisi yang lebih baik Lebih baik lagi guru dapat mentargetkan berapa perolehan yang harus dicapai jika pembelajaran dilakukan. Tentang berapa banyak / jumlah kandungan materi yang di pre-test kan tergantung komponen atau informasi apa saja yang akan atau ingin diketahui, kurun waktu, input individual, klasikal atau sekolah.

3. Data Post-Test Activity (N1)

            Data post-test activity (N1) diperoleh dari post-test setelah dilakukan pembelajaran. Soal tes yang digunakan sebaiknya  sama atau sejenis dengan soal waktu pre-test untuk orang yang sama, hanya saja waktunya yang berbeda, tergantung pada kurun waktu yang ingin diketahui dan berapa banyak cakupan materi yang akan diberikan selama kurun waktu ini. Misalnya :
a. Materi untuk satu KD atau beberapa KD untuk mengetahui perolehan berupa hasil ulangan harian.
b. Materi selama setengah semester untuk memperoleh hasil pembelajaran dalam waktu setengah semester.
c. Kurun waktu satu semester dan materi satu semester akan diperoleh hasil pembelajaran selama satu semester bagi mata pelajaran dan guru tersebut.
d. Kurun waktu satu tahun dan materi satu tahun akan diperolah hasil pembelajaran selama satu tahun bagi mata pelajaran dan guru tersebut.
e. Kurun waktu tiga tahun dari materi tiga tahun akan diperoleh hasil pembelajaran selama tiga tahun bagi mata pelajaran dari satu orang guru atau beberapa guru yang mengajar di sekolah tersebut.

Untuk memperoleh hasil pembelajaran dalam satu semester atau satu tahun untuk mata pelaran tertentu bisa diperoleh oleh seorang guru secara individu tetapi untuk memperoleh hasil pembelajaran sekolah untuk mata pembelajaran tertentu perlu kerjasama dengan guru lain yang sama mata pelajarannya, misalnya pre-test activity dilakukan oleh guru kelas 7 dengan materi yang mencangkup bahan kelas 7, 8 dan 9 dan akan di-post-test activity-kan pada akhir tahun ke tiga pada saat siswa tersebut sudah duduk di kelas 9 semester 2.

4. Alat Tes

            Pembuatan atau pemilihan  alan tes sebaiknya memperhatikan antara lain: cakupan materi harus diketahui dengan pasti. Materi untuk 1 semester, 1 tahun, atau 3 tahun, penyusunan alat tes perlu menggunakan prosedur yang benar sehingga cakupan materi, waktu dan tujuan pembelajaran bisa terukur dan memenuhi kriteria alat tes yang baik. Alat tes yang baik alat tes yang valid dan reliabel.

a. Reliabilitas
            Pengertian reliabilitas adalah suatu alat ukur untuk mengukur yang seharusnya diukur. Suatu alat dikatakan realibel jika alat tersebut menghasilakan suatu gambaran atau hasil pengukuran yang benar-benar dapat dipercaya. Dengan demikian alat pengukur itu dapat diandalkan untuk membuat hasil pengukuran atau alat tes reliabel, maka pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan melalui alat yang sama tentang obyek dan subyek yang sama hasilnya akan tetap atau relatif sama jika subyek tersebut belum mendapat proses pembelajaran.
Ada tiga cara untuk menghitung reliabilitas suatu test yaitu: pengulangan pengukuran dengan alat yang sama, pengujian dengan alat ukur atau alat tes yang sama.dan dengan membagi suatu alat ukur menjadi dua bagian yang seimbang.

      1. Reliabilitas Pengukuran Ulang
      Dari hasil langkah ini akan didapat hasil pengukuran yang dapat diandalkan karena mengulangi pengukuran tersebut dengan tes yang sama sehingga hasil korelasi pengukuran yang pertama dan kedua hasilnya akan menunjukkan reliabel. Jenis ini hanya saja proses pengukuran kedua harus benar-benar tetap sama.

      2. Reliabilitas Pengukuran Setara
      Jika tes alat ukur yang setara dimiliki, maka kedua tes tersebut dapat diberikan terhadap subyek yang sama. Pengukuran ini dapat diberikan pada waktu yang berurutan atau pada waktu pengukuran tersebut subyek harus dalam keadaan dan kesiapan yang relatif sama, selanjutnya korelasi antara hasil kedua tes itu akan memberikan keadaan reliabilitas jenis ini.


      3. Reliabilitas Belah Dua
      Prosedur perhitungan yang paling sering digunakan adalah dengan penyelenggaraan sekali tes yang hasilnya untuk memperkirakan reliabilitas tes Caranya adalah dengan membagi tes yang digunakan menjadi dua dan hasil pada masing-masing bagian dikorelasikan satu sama lain.
      Pemecahan tes itu dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan nomor ganjil pada bagian pertama dan nomor genap pada bagian yang kedua. Pemecahan soal-soal seperti ini hanya dilaksanakan pada waktu pemeriksaan dan tidak pada waktu penyajian pada peserta test. Melaui cara ini dengan sekali test diperoleh hasil test ini akan menunjukkan reliabilitas test tersebut. (Ditjen Pendidikan Tinggi Departemen P dan K, 1983, Evaluasi Belajar, 34-35).


b. Validitas
      Pengertian validitas adalah suatu alat tes dapat dikatakan valid jika alat tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya untuk mengukur suhu tubuh manusia dipakai termometer badan, untuk mengukur panjang suatu benda kita menggunakan meteran, untuk mengukur kecepatan kendaraan kita gunakan speedometer dan untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris baik teori maupun praktek digunakan tes bahasa Inggris yang setingkat dengan kemampuan subyek yang hendak diukur. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu tes untuk mata pelajaran tertentu dikatakan valid jika tes tersebut benar-benar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan untuk dicapai dengan pengujian mata pelajaran tersebut.
      Ada dua hal  timbul sewaktu kita akan mengetahui ke-validitas-an suatu tes, yaitu (1) Apakah yang secara tepat diukur oleh tes tersebut? Dan (2) Bagaimana baiknya tes tersebut mengukur hal itu?. Jika tes tersebut berdasarkan analisis yang tepat mengenai skill yang hendak diukur, dan jika ada bukti yang cukup bahwa skor tes berkorelasi cukup tinggi dengan kemampuan yang sebenarnya dalam bidang skill yang hendak diukur, maka dengan lega dapatlah dinyatakan bahwa tes tersebut valid. 
Ada 3 Jenis Validitas yang umum :
1. Validitas isi
      Jika suatu tes dirancang untuk mengukur penguasaan suatu skill khusus atau isi suatu mata pelajaran, maka tes tersebut seharusnya didasarkan pada analisis yang cermat mengenai skill tersebut atau pada ringkasan mata pelajaran yang dimaksud, dari butir-butir tes itu harus mewakili dengan baik masing-masing bagian analisis atau ringkasan tersebut. Misalnya, jika suatu tes dimaksudkan untuk mengukur penguasaan siswa mengenai tes tertulis bahasa Inggris khususnya kemampuan membaca (reading comprehension) bukan membaca keras (reading loudly), maka mula-mula harus diadakan analisis mengenai berbagai macam kemampuan membaca, penyebaran jenis teks, thema dengan kosakata yang berkesesuaian dengan kelompok belajar peserta didik, ranah kognitif dan tingkat kesukaran yang berimbang, serta jumlah soal yang bersesuaian denagn waktu yang tersedia. Bila tes yang disusun telah mencerminkan analisis dalam ketentuan-ketentuan tersebut, maka tes itu telah memiliki validitas isi. Janganlah memilih tes hanya memperhatikan judul yang disajikan oleh pembuat tes, sebab seringlah judul tersebut tidak sesuai dengan isinya.

2. Validitas Konsep atau Kontruksi
      Validitas konsep atau kontruksi bisa dijelaskan dengan suatu contoh : misalnya untuk kelas 9 SMP disusun tes tentang reading  comprehensions. Dalam hal ini pembuat tes harus memahami benar pengertian mengenai Reading Comprehension yang dimaksud. Selanjutnya pembuat tes itu harus mengetahui perilaku-perilaku siswa yang diharapkan dalam hubungannya dengan kemampuan dalam Reading Comprehension.
      Bila tes tersebut dapat mengukur dengan baik perilaku siswa yang menunjukkan bahwa siswa itu mempunyai kemampuan yang mantap dalam Reading Comprehension, maka dapatlah dinyatakan bahwa tes tersebut memiliki validitas konsep atau kontruksi. Perilaku siswa menunjukkan bahwa dia mempunyai kemampuan dalam Reading Comprehension itu, antara lain, adalah memahami dan mengetahui semua fakta yang tersurat dan memahami dan mengetahui segala fakta baik yang tersurat maupun yang tersirat.

3. Validitas Muka
      Disamping memiliki isi dan konsep, tes harus memiliki validas muka. Misalnya jika tes tersebut mempunyai bentuk dan muka atau penampilan yang meyakinkan bagi orang lain  yang berkepentingan dengan penggunaan ter tersebut. Validitas ini merupakan ciri suatu tes yang cukup penting, namun kedua validitas tersebut tidak boleh diabaikan karena ketiganya sering dipentingkan.

c. Kepraktisan tes
      Kepraktisan tes adalah hal penting lain yang harus dimiliki oleh suatu tes yang baik. Apalah artinya suatu tes yang mungkin sekali sangat andal dan sangat sahih, tetapi tes itu diluar jangkauan dari kemampuan siswa. Oleh sebab itu dalam menyiapkan suatu tes baru atau pemilihan dari tes yang tersedia, kita perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.)    Penghematan
      Kita ketahui bersama bahwa pengetesan kemampuan berbahasa umumnya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sebagai contoh, ketika suatu tes standar digunakan tentu biayanya tidak murah, sehingga hal itu sangat memberatkan lembaga pendidikan yang bersangkutan juga penentuan orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan tes sangat mempengaruhi biaya tes.
2.      Kemudahan dalam Pengadministrasian
      Ada beberapa faktor untuk mempermudah dalam pengadministrasian suatu tes adalah :
a) Petunjuk-petunjuk yang mudah dan lengkap
b) Alokasi waktu yang tepat
c) Penyusunan dan penulisan tes

      3.   Kemudahan dalam Penginterprestasian
                  Angka yang diperoleh suatu tes dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Untuk itu angka itu harus diinterprestasikan sehingga memiliki makna. Tes buatan guru, guru yang membuat tes itu diharapakan telah mampu menyediakan perhitungan-perhitungan statistik yang diperlukan untuk mengolah angka-angka yang didapat dengan tes baku, biasanya penyusun tes telah menyediakan berbagai keterangan dan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menginterprestasikan angka-angka yang diperoleh dari tes tersebut.

1.      Menentukan Kapan Pelaksanaan Tes dilaksanakan
            Karena dalam hak ini ingin memperoleh data input dan output maka, pre-test activity dilaksanakan pada awal kapan pembelajaran akan dilaksanakan. Hasil tes tersebut kita jadikan nilai input bagi kita sedangkan output / nilai post-test activity dilaksanakan kapan suatu pembelajaran itu telah selesai dilaksanakan. Hal ini tergantung keperluan keperluan, tergantung berapa banyak dan berapa lama pembelajaran itu terjadi misalnya : pada tengah semester 1 dan 2, akhir semester 1, akhir semester 2 (masing-masing kelas paralel) atau akhir semester 2 kelas 9 untuk keperluan hasil proses pembelajaran selama tiga tahun. Untuk jelasnya disampaikan dalam tabel di bawah ini:
No
Pre-test act
Post-test act
Keterangan
1
Awal semester 1
Tengah
Semster 1
Untuk mengetahui proses pembelajaran selama setengah semester
2
Awal semester 1
Akhir sem. 1
Untuk mengetahui proses pembelajaran semester 1
3
Awal semester 1
Akhir sem. 2
Untuk mengetahui proses pembelajaran semester 2
4
Awal semester 1
Akhir sem.2
Untuk mengetahui proses pembelajaran selama 1 tahun
5
Awal semester  1 kelas 1
Akhir sem. 2 kelas 3
Untuk mengetahui proses pembelajaran selama 3 tahun

            Hasil pre-test activity (N0) digunakan sebagai angka input bagi peserta didik, sedangkan angka post-test activity (TT) digunakan untuk mengetahui perolehan proses pembelajaran yang akan dicapai. Hasil (T1-T1) merupakan volume besarnya proses pembelajaran yang didapat dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan perolehan pembelajaran yang sesungguhnya adalah hasil tes sesungguhnya (N1) dikurangi dengan pre-test activity (N0) perolehan proses pembelajaran yang sesungguhnya adalah (N1-N0) = Hasil perolehan proses pembelajaran. Dari proses pembelajaran yang dimaksud menurut keperluan proses pembelajaran yang mana yang akan kita ukur.

5. Guru
         Guru adalah seseorang yang memiliki keahlian untuk mengajar dan mendidik.          
6. Profesional
         Profesional adalah ahli dalam bidangnya.
7. Guru Profesional
         Guru yang memiliki keahlian dalam mengajar dan mendidik.
8. Profesionalisme Guru
         Profesionalisme guru adalah suatu sifat profesional yang dimiliki oleh seorang guru.

9. Yang Pertama dan Yang Terakhir
            Pengemasan suatu pembelajaran agar dapat memberikan pembelajaran yang optiomal salah satunya adalah dengan banyak memberikan sutu jeda-jeda pembelajaran. Misalnya dalam satu semester diadakan pembelajaran tanpa adanya penilaian dan penilaian hanya diadakan diakhir semester hal ini akan lebih baik jika kita lebih banyak mengadakan suatu penilaian tentu waktu jeda perlu kita programkan. Ulangan tengah semester dan Ulangan semester/ ulangan kenaikan kelas adalah langkah-langkah  untuk mengoptimalkan proses dan penilaian karena program itu untuk membuat jeda-jeda dalam proses pembelajaran sehingga waktu yang pertama dan yang terakhir lebih banyak dengan demikian memori otak kita akan lebih banyak menerima masukan (in-put). Berikut pendapat Bobbi DePorter& Mike Hernacki, bahwa saat terbaik memori anda adalah yang pertama dan yang terakhir seperti dibawah ini:
            Ketika anda sedang belajar, atau berada dalam kelas . atau di sebuah         pertemuan, saat terbaik Anda untuk mengingat informasi yang Anda baca   atau dengar adalah saat-sat pertama sesi atau terakhir sesi.
(Bobbi DePorter& Mike Hernacki, Quantum Learning,  hal. 214

10.  Kompetensi
            Kurikulum 2004 ataupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyebutkan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsinten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

B. Penelitian Yang Relevan
      Ada hasil laporan pendidikan  yang pernah peneliti lakukan sebelumnya yang dapat digunakan sebagai gambaran untuk melaksanakan penelitian. Adapun judul karya tulis tersebut adalah Hasil Perolehan Proses Pembelajaran yang Positif Akan Meningkatkan Profesionalisme. (Bambang Purnomo,S.Pd..2003) Laporan Pendidikan. Perpustakaan SMP Negeri 2 Gombong: Kebumen).

C. Kerangka Berfikir
      Guru yang profesional merupakan dambaan bagi dunia pendidikan karena guru merupakan profesi yang memerlukan orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Sudahkah guru-guru kita profesional? Tidak mudah seorang guru untuk menjawab pertanyaan diatas. Mengapa? Karena guru-guru kita tidak tahu apakah dirinya sudah profesional apa belum. Hal ini terjadi karena belum ada ukuran yang  menujukkan seorang guru sudah profesional ataum belum profesional. Berapa besar tingkat profesionalitasnya. Dengan dasar apa seorang guru menyatakan profesional. Mungkin saat ini sudah ada guru-guru yang mendapatkan sertifikat profesional dengan adanya program sertifikasi guru dan dosen. Apakah hal itu menjamin bahwa yang sudah lolos itu sudah profesional. Mari kita merenung, merefleksi diri kita masing-masing agar sertifikat guru profesional bisa kita pelihara dan ditingkatkan terus menerus agar berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Peneliti berikan  tabel tingkat profesionalisme dilihat dari besarnya perolehan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. Untuk lebih jelasnya tabel tersebut dapat dilihat pada tabel 1 pada bab II di bawah:

Tabel 1
NO
HASIL PEMBELAJARAN (HP=N1-N0)
KRITERIA
1
HP sama atau lebih kecil dari 0
Tidak profesional
2
HP = 0,01 – 0,99
Profesionalisme rendah
3
HP = 1,00 – 1, 99
Profesionalisme cukup
4
HP = 2,00 – 2,99
Profesionalisme baik
5
HP = 3,00 – 4,00
Profesionalisme sangat baik

      Dengan tabel tingkat profesionalisme tersebut peneliti ingin mengetahui seberapa besar tingkat profesionalisme guru-guru di SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen.














Gambar 1: Diagram kerangka berfikir dalam penelitian tindakan
            Dari diagram berfikir pada gambar satu pada bab II diatas dijelaskan bahwa penelitian tindakan dilakukan melalui 2 siklus tindakan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan selama semester 1 tahun pelajaran 2008/2009 dengan jadwal waktu seperti  dalam tabel sebagai berikut:
NO
KEGIATAN
WAKTU
KETERANGAN
1
Awal
Juli 2008
Pre-Research
2
Siklus I
Agustus - Oktober 2008
Action I
3
Siklus II
Oktober – Desemb. 2008
Action II
5
Akhir
Januari  2009
Post-Resarch and Reporting

      Kegiatan awal dilakukan pada awal semester 1 tahun pelajaran 2008/2009 dengan mengadakan tes pada awal sebelum pembelajaran dilaksanakan (pre-test activity) dengan menggunakan soal-soal kenaikan kelas tahun 2007/2008 untuk kelas 7 dan 8 sedangkan kelasw 9 menggunakan soal Ujian Nasional tahun 2007/2008.. Kegiatan tersebut peneliti laksanakan dengan memerintahkan pada semua guru uintuk mengadakan pre-test activity pada awal sebelum pembelajaran pada semester 1 tahun pelajaran 2008/2009 dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan pada hari-hari awal masuk sekolah semester 1 tahun pelajaran 2008/2009 pada minggu ke tiga dan ke empat  bulan Juli  2008. . Dan selanjutnya hasil analisisnya peneliti jadikan sebagai kondisi awal dari penelitian tindakan ini.
      Siklus I dilaksanakan selama bulan Agustus – Oktober 2008 dan  Siklus II pada bulan Oktober – Desember  2008. Dalam setiap tindakan dari siklus kesiklus diharapkan adanya peningkatan perolehan hasil pembelajaran  dengan melalui analisa hasil tes, khususnya pada hasil tes ulangan tengah semester1 dan hasil tes ulangan semester 1 serta nilai raport semester 1 tahun pelajaran 2008/2009  . Dan selanjutnya dari hasil-hasil analisa perolehan hasil pembelajaran diekplorasikan pada semua guru untuk diketahui sebagai bahan refleksi untuk memacu motivasi guru dalam meningkatkan profesionalismenya..
      Kegiatan Akhir dilaksanakan pada bulan Januari 2009.. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada saat itu adalah mengumpulkan semua data, menganalisis data, mengolah data dan selanjutnya menuliskan penelitian tindakan berbasis sekolah ini dalam laporan penelitian tindakan berbasis sekolah (PTBS).
D. Hipotesis Tindakan
      Adapun hipotesis tindakan yang dapat peneliti tetapkan adalah Ekplorasi analisa hasil pembelajaran dapat meningkatkan profesionalme guru SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
      Penelitian tindakan ini peneliti laksanakan pada semester 2 kelas 9 SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2007/2008. Adapun waktu pelaksanaannya meliputi kegiatan awal, siklus 1, siklus 2, siklus 3 dan kegiatan akhir penelitian. Kegiatan awal dilaksanakan pada bulan Januari 2008 karena pada bulan January 2008 merupakan hari-hari awal masuk semester 2 tahun pelajaran 2007/2008. Waktu tersebut peneliti gunakan untuk menggadakan pre-test activity yang hasilnya merupakan kondisi awal siswa sebelum pembelajaran pada semester 2 tahun pelajaran 2007/2008 dilaksanakan. Dari hasil pre-test activity pada awal semester 2 ternyata rata-rata hasilnya masih rendah dan perlu untuk ditingkatkan. Sehingga peneliti putuskan untuk melaksanakan penelitian tindakan dengan melalui tiga siklus penelitian tindakan kelas. Yang masing siklus mengalami empat tahapan yaitu: planinning, acting, observing dan reflecting. Siklus I dilaksanakan pada bulan Pebruari 2008 selama kurang lebih satu bulan pembimbingan dengan model bimbingan belah dua (half-parted guidancing), Siklus II dilaksanakan pada bulan Maret 2008 dengan model bimbingan belah dua (half-parted guidancing). Siklus III pada bulan April 2008 dilaksanakan juga dengan model bimbingan belah dua (half-parted guidancing).

16
Sedangkan kegiatan akhir yang meliputi mengumpulkan data-data, mengolah data-data, menganalisis data-data dan menuliskan laporan penelitian tindakan kelas yang sudah dilaksanakan. Waktunya bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Juni 2008. Waktu akhir memerlukan waktu lebih panjang karena semua tindakan akan terjawab keberhasilan atau kegaglannya setelah melihat hasil kelulusan siswa walaupun secara bertahap dari siklus ke siklus juga sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil melalui Tes Uji Coba atau bisa disebut juga nilai latihan ujian. Disamping itu memerlukan waktu untuk mendapatkan data yang pendukung walaupun dari siklus ke siklus sudah dilaksanakan. 

2. Tempat Penelitian
      Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen. Sekolah ini adalah sekolah  baru dan merupakan sekolah menengah pertana negeri yang ke 50. SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen baru meluluskan siswanya pada tahun pelajaran 2006/2008 dengan prosentase kelulusannya baru sebesar 68%. Sekolah ini  berlokasi di daerah pegunungan yang memiliki udara cukup segar dan tenang dari kebisingan kota maupun kendaraan. Dari kota Kebumen kurang lebih 30 kilometer ke arah barat yang wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Banyumas. Akses tranportasi menuju lokasi, saat ini relatif mudah dijangkau karena hanya kurang lebih 800 meter ke arah utara dari Depok desa Jatiluhur menuju jalan Wonoharjo Km 1. Alamatnya adalah jalan Wonoharjo Km 1 Desa Wonoharjo Kecamatan Rowokele Kabupaten  Kebumen KP 54472 telpon (0287) 5528222.
      SMP Negeri 2 Rowokele Kabupeten Kebumen memiliki 7 rombongan belajar pada tahun pelajaran 2007/2008 yang meliputi kelas 9 ada 2 rombongan belajar,  kelas 8 ada 2 rombongan belajar  dan  kelas 7  ada 3 rombongan belajar. Dan sekolah ini berupaya untuk menambah rombongan belajar karena jumlah siswa yang lulus sekolah dasar disekeliling sekolah juga antusias untuk menjadi siswa di SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen hanya saja keterbatasan daya tampung sekolah. 
     
B. Subjek Penelitian
      Sujek penelitian tindakan dilakukan di kelas 9a dan 9b siswa SMP Negeri 2 Rowokele karena siswa tersebut adalah siswa-siswa yang sangat erat hubungannya dengan permasalahan penelitian yang perlu untuk dilakukan tindakan.
           
C. Sumber Data
      Sumber data yang dapat peneliti himpun adalah data primer dari hasil-hasil nilai latihan ujian nasional bahas Inggris dari siklus ke siklus dan nilai Ujian Nasional  tahun pelajaran 2007/2008 kelas 9 SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen.




D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
      Teknik pengumpulan data melalui tes tertulis dan alat tesnya menggunakan soal-soal Ujian Nasional 2006/2007 dan soal-soal latihan ujin nasional yang setara dengan soal ujian nasional.

E. Validasi Data
      Karena soal-soal yang digunakan adalah soal-soal Ujian Nasional yang sudah divalidasi olah tim pembeuat soal-soal ujian nasional maka peneliti sudah menganggap bahwa soal-soal sudah memenuhi baik validitas secara teoritik maupun empirik.
F. Analisis Data
      Data-data yang dianalisa adalah data-data kuantitatif maka peneliti menggunakan analisis deskriptif komperatif yaitu dengan mebandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes tes setelah siklus 1, nilai tes tes setelah siklus 2 dan nilai tes setelah siklus 3.

G. Indikator Kinerja
      Adapun indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan jika:
1.      Nilai Latian dari siklus ke siklus mengalami peningkatan dibanding  kondisi awal.
2.      Jumlah siswa yang lulus Ujian Nasional tahun 2007/2008 lebih dari 68%.
3.      Adanya peningkatan hasil Ujian Nasional secara kuantitas maupun kualitasnya.
H. Prosedur Penelitian
      Prosedur penelitian  tindakan untuk meningkatkan hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2007/2008 kelas 9 siswa SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen adalah melalui bimbingan belah dua (half-parted guidancing). Adapun prosedur tindakan yang peneliti lakukan seperti pada diagram berikut ini pada gambar 3:
Gambar 3: Diagram  prosedur penelitian tindakan


            Dari diagram prosedur penelitian tindakan pada gambar tiga diatas dijelaskan bahwa penelitian tindakan dilakukan melalui 3 siklus tindakan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan selama semester 2 tahun pelajaran 2007/2008 dengan jadwal waktu seperti  dalam tabel berikut dibawah ini:
NO
KEGIATAN
WAKTU
KETERANGAN
1
Awal
Januari 2008
Pre-Research
2
Siklus I
Februari 2008
Action I
3
Siklus II
Maret 2008
Action II
4
Siklus III
April 2008
Action III
5
Akhir
Mei-Juni 2008
Post-Resarch and Reporting
      Kegiatan awal dilakukan pada awal semester 2 tahun pelajaran 2007/2008 dengan mengadakan tes pada awal sebelum pembelajaran dilaksanakan (pre-test activity) dengan menggunakan soal Ujian Nasional (SUSULAN) tahun 2006/2007. Kegiatan tersebut peneliti laksanakan pada bulan Januari 2008 minggu ke 4. Dan selanjutnya hasil analisisnya peneliti jadikan sebagai kondisi awal dari penelitian tindakan ini.
      Siklus I dilaksanakan selama bulan Februari 2008, Siklus II pada bulan Maret 2008 dan Siklus III pada bulan Appril 2008. Dalam setiap tindakan dari siklus kesiklus diharapkan adanya peningkatan hasil Ujian Nasional dengan melalui analisa hasil tes pada setian akhir bimbingan pada setiap siklus. Dan selanjutnya dari bimbingan belah dua dan Latihan-latihan Ujian Nasional dapat meningkatkan hasil Ujian Nasional baik secara kualitatif maupun kuantitaif.
      Kegiatan Akhir dilaksanakan pada bulan Mei s/d Juni 2008. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada saat itu adalah mengumpulkan semua data, menganalisis data, mengolah data dan selanjutnya menuliskan penelitian tindakan ini dalam laporan penelitian tindakan kelas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal  
      Gain Score Achievement (Pencapaian Nilai Ujian) adalah salah satu dari tujuan pembelajaran  Sekolah Menengah Pertama dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris bahkan masyarakat masih menilai bahwa keberhasilan sekolah dilihat dari hasil perolehan nilai Ujian Nasional. Dalam rangka memacu para penyelenggara dan satuan pendidikan untuk meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu, pemerintah menetapkan standar nasional pendidikan yang memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan. Dengan menggunakan standar nasional pendidikan sebagai acuan setiap satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan pendidikannya secara optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Sejalan dengan itu, Pemerintah membentuk Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang bertanggung jawab kepada Menteri Pendidikan Nasional. Badan tersebut merupakan lembaga mandiri, profesional, dan independen yang mengemban misi untuk mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standar nasional pendidikan
      Kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan perlu untuk diketahui agar keberhasilan ataupun kegagalan apa yang sudah kita lakukan dapat diketahui.
22
Untuk mengetahui kemampuan awal siswa  peneliti melakukan Test awal (Pre-Test Activity) sebelum pembelajaran semester 1 tahun pelajaran 2007/2008 dilaksanakan. Pre-Test Activity diteskan siswa kelas 9A dan 9B dengan menggunakan soal UNAS tahun pelajaran 2006/2007 paket A dengan kode  hasilnya adalah sebagai berikut: kelas 9A mendapatkan nilai rata-rata kelas 4,19 dengan nilai tertinggi 6,40 dan nilai terendah 2,80 serta standar deviasi 0.90, kelas 9B mendapatkan nilai rata-rata kelas 3,84 dengan nilai tertinggi 5,00 dan nilai terendah 2,80 serta standar deviasi 0,63. Sehingga rata-rata pre-test- activity ( nilai awal sebelum pembelajaran dimulai)  sebesar 4,015. Dan selanjutnya pada akhir semester 1 peneliti adakan post- test activity yang merupakan pre-test activity untuk semester 2 tahun pelajaran 2007/2008 karena peneliti ingin tahu berapa perolehan hasil belajar selama semester 1. Berdasarkan data nilai yang ada rata-rata nilai kelas 9a sebesar 4,02, 9b sebesar 3.83  sehingga diperoleh daya serap selama semester 1 sebesar 3,925. Daya serap semester 1 sebesar 3,925 peneliti jadikan Nilai Pre-test activity (nilai awal sebelum pembelajaran semester 2 tahun pembelajaran 2007/2008 dimulai). Selisih post-test activity (N1)dikurangi  pre-test activty ( No) sama dengan perolehan hasil pembelajaran selama 1 semester.  Sehingga N1 – N0 = Perolehan hasil belajar dalam hal ini 3,925 - 4,015   = - 0,090 Angka - 0,090 (negatif 0,090) merupakan perolehan angka yang negatif. Dengan kata lain pembelajaran selama semester 1 tahun pelajaran 2007/2008 tidak berhasil berdasarkan analisa hasil pre-test activity dan post-test selama  semester 1 tahun pembelajaran 2007/2008.
      Dengan keadaan yang demikian Gain Score Achievement terhadap Hasil Ujian Nasional menjadi hal yang sangat penting karena kriteria kelulusan seorang siswa salah satunya ditentukan oleh nilai Ujian Nasional. Pada tahun pelajaran 2007/2008 siswa yang dinyatakan lulus jika memiliki nilai rata-rata Ujian Nasional minimal 5,25 untuk seluruh mata pelejaran yang diujikan, dengan tidak ada nilai di bawah 4,25 dan khusus untuk SMK, nilai mata pelajaran Kompetensi Keahlian Kejuruan Minimum 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata Ujian Nasional; atau memiliki nilai minimal 4,00 pada salah satu mata pelajaran dan nilai mata pelajaran lainnya minimal 6,00 dan khusus untuk SMK, nilai mata pelajaran Kompetensi Keahlian Kejuruan Minimum 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata Ujian Nasional. Dan Pemerintah  dan/atau satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai sebagaimana dimaksud (BSNP).
      Dengan keadaan Nilai awal (N0) sebesar 3,925 dan tuntutan nilai minimal Ujian Nasional dalam hal ini peneliti fokuskan pada mapel Bahasa Inggris adalah hal yang sangat penting untuk mencari solusi dan upaya untuk mengoptimalkan PBM untuk meningkatkan perolehan hasil belajar dalam rangka memecahkan masalah tersebut dengan tidak mengabaikan tuntutan kompetensi siswa yang harus dimiliki.
      Peneliti, selama semester 1 tahun pelajaran 2007/2008  belum melakukan tindakan untuk mengupayakan agar hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2007/2008 meningkat. Salah satu alternatif kegiatan untuk mengoptimalkan Gain Score Achievement (Pencapaian Nilai Ujian Nasional) siswa adalah dengan penyelenggaraan optimalisasi bimbingan dalam pembahasan soal-soal Ujian Nasional beserta analisis perolehan hasil belajar siswa dari Latihan-Latihan Ujian Nasional.

B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
      Perencanaan pada siklus I yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
a.       Mensosialisasikan kegiatan pembimbingan belah dua (half-parted
      guidancing).
b.      Membagi kelompok dengan ketentuan siswa yang bernomor ganjil dikelas 9a menjadi satu kelompok, dan siswa yang bernomor genap menjadi kelompok yang lain dan kelas 9 b juga pengelompokannya juga sama dengan kelas 9a sehingga dari 2 rombongan belajar peneliti pecah menjadi 4 rombongan belajar kerena sekolah baru menyelenggarakan bimbingan untuk 4 mata pelajaran yang soalnya dari pusat yaitu: mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pelaksanaan bimbingan setelah  jam pelajaran pagi. Dengan empat rombongan belajar menjadikan empat mapel dapat disampaiakan pada siswa tanpa meliburkan kelompok belajar yang lain dan juga kempat guru mapel dapat melaksaanakan bimbingan secara bersama-sama dengan harapan pemanfaatan waktu bimbingan dapat optimal.
c.       Menyiapkan materi bimbingan dan pembahasanya.
d.      Menyiapkan blangko-blangko penilaian.
e.       Menyiapkan perangkat lain yang mendukung demi lancarnya pelaksanaan bimbingan.
     
      2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
      a.   Pembimbingan pertama disampaikan soal-soal yang berkurikulum 1994 karena soal tahun pelajaran 2007/2008 masih interseksi kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pemberian bimbingan dengan cara kurang lebih 15-20 menit siswa mengerjakan 10 soal secara individu terlebih dahulu dilanjutkan pembahasan bersama. Dalam pembahasan dibuka forum tanya jawab dan diskusi serta penegasan dan penyimpulan. Dilanjutkan analisa hasil masing masing siswa dengan memberikan pengelompokan pada siswa berdasarkan jawaban benar yang mereka dapatkan. Skala pengelompokan mulai dari benar nol sampai benar 10. Hal ini dilakukan agar masing-masing siswa mengetahui kemampuannya dan semakin sering hatinya diingatkan bahwa kalau hal ini terjadi pada Ujian Nasional yang sesungguhnya pembimbing sambil menjelaskan sekaligus mensosialisasikan norma kelulusam tahun pelajaran 2007/2008 kepada siswa secara terus menerus. Dengan seringnya hatinya diingatkan bsar harapan peneliti hati masing-masing siswa dapat tergugah dan meningkatkan untuk dapat optimal dalam menghadapi Ujian Nasional yang sesungguhnya. Dalam satu pertemuan dapat terbahas kurang lebih 20 sampai 25 soal.
      b. Setelah pembimbingan berlansung kurang lebih 4 minggu maka pada akhir siklus I diadakan Post-test activity dan Latihan Ujian Nasioanal (LUN) atau dapat disebu juga Tes Uji Coba (TUC). Post-test activity menggunakan soal yang sama dengan soal pada saat Pre-test activity yaitu soal susulan tahun pelajaran 2006/2007 sedangkan LUN dengan menggunakan soal-soal model kurikulum 1994.
      3. Hasil Pengamatan (Observing)
           Hasil Post-test activity dan Latihan Ujian Nasioanal (LUN) selanjutnya dianalisa yang hasilnya adalah sebagai  berikut dalam tabel 1 dan gambar 1  pada bab 4 di bawah ini:
      Tabel : 1
REKAPITULASI NILAI RATA-RATA HASIL TINDAKAN SIKLUS I








NO
KELAS
NO
N1
N1-NO
LUN I
L1-NO
KET
1
9A
4,02
4,81
0,79
4,07
0,05
BHL
2
9B
3,83
4,85
1,02
3,95
0,12
BHL
RATA2
3,925
4,83
0,905
4,01
0,085
BHL
                       
                        Dari tabel 1 bab 4 diatas dapat dilaporkan bahwa N0 (Nilai Pre-test activity), nilai tes sebelum kegiatan pembelajaran pada awal semester 2 tahun pelajaran 2007/2008 SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen, nilai  rata-rata kelas 9a sebesar 4,02 sedangkan kelas nilai rata-rata 9b sebesar 3,83  sehingga nilai rata-rata kelas paralel 9a dan 9b  sebesar 3,925.
                        Nilai N1 (Nilai Post-test activity) nilai setelah dilakukan bimbingan belah dua (half-parted guidancing) selama kurang lebih 1 bulan (selama bulan Pebruari 2008), nilai rata-rata kelas 9a sebesar 4,81, kelas 9b sebesar 4,85 sehingga jika dirata-rata antara kelas 9a dan 9b sebesar 4,83. Selama bulan Pebruari 2008 adalah waktu pelaksanaan penelitian tindakan siklus I dan alat tes yang digunakan menggunakan alat tes yang sama dengan alat tes pada waktu pre-test activity.
                        Nilai Latihan Ujian Nasional 1 (LUN 1) adalah nilai Latihan Ujian Nasional yang soalnya menggunakan soal model soal kurikulum 1994 karena untuk mempersiapkan anak terhadap soal unas tahun pelajaran 2007/2008 yang interseksi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi siswa terhadap kurikulum 1994 sementara itu pembelajaran yang dilakukan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perolehan nilai rata-rata LUN I kelas 9a sebesar 4,07 dan 9b sebesar 3,95 sehingga kelas paralel 9a dan 9b sebesar 4,01.          
      4. Refleksi (Reflecting)






      Gambar 1: Grafik Komparasi N0, N1, dan Nilai LUN 1
                        Dari hasil observasi yang dilakukan pada tabel 1 gambar 1 bab 4 diatas  maka dapat direfleksikan bahwa selisih rata-rata kelas 9a (N1- N0 = 0,79) dan  selisih rata-rata kelas 9b (N1- N0 = 1,02) sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b sebesar 0,905. Dan selisih rata-rata kelas 9a (LUN I- N0 = 0,05) dan  selisih rata-rata kelas 9b (N1- N0 = 0,12) sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b sebesar 0,085. Karena hasil selisih baik menggunakan hasil N1 maupun nilai LUN I tersebut diatas yang bernilai positif, maka dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan dalam pelaksanakan tindakan pada siklus I walaupun hasilnya perlu untuk ditingkatkan lagi. Untuk itu penelitian tindakan dilanjutkan pada siklus II.
                       
C. Deskripsi Siklus II           

1. Perencanaan Tindakan (Planning)
      Perencanaan pada siklus II yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
a.       Membagi kelompok dengan ketentuan siswa yang berperingkat 1-20 dikelas 9a menjadi satu kelompok, dan siswa yang berperingkat 21-40 menjadi kelompok yang lain berdasarkan analisa empat nilai dari empat mata pelajaran dan kelas 9 b juga pengelompokannya juga sama dengan kelas 9a sehingga dari 2 rombongan belajar peneliti pecah menjadi 4 rombongan belajar kerena sekolah baru menyelenggarakan bimbingan untuk 4 mata pelajaran yang soalnya dari pusat yaitu: mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pelaksanaan bimbingan setelah  jam pelajaran pagi. Dengan empat rombongan belajar menjadikan empat mapel dapat disampaiakan pada siswa tanpa meliburkan kelompok belajar yang lain dan juga kempat guru mapel dapat melaksaanakan bimbingan secara bersama-sama dengan harapan pemanfaatan waktu bimbingan dapat optimal.
b.      Menyiapkan materi bimbingan dan pembahasanya.
c.       Menyiapkan blangko-blangko penilaian.
d.      Menyiapkan perangkat lain yang mendukung demi lancarnya pelaksanaan bimbingan.
     
      2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
      a.   Pembimbingan pada siklus II disampaikan soal-soal yang berkurikulum berbasis kompetensi (KBK 2004) dan KTSP karena soal tahun pelajaran 2007/2008 masih interseksi kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pemberian bimbingan dengan cara kurang lebih 15-20 menit siswa mengerjakan 10 soal secara individu terlebih dahulu dilanjutkan pembahasan bersama. Dalam pembahasan dibuka forum tanya jawab dan diskusi serta penegasan dan penyimpulan. Dilanjutkan analisa hasil masing masing siswa dengan memberikan pengelompokan pada siswa berdasarkan jawaban benar yang mereka dapatkan. Skala pengelompokan mulai dari benar nol sampai benar 10. Hal ini dilakukan agar masing-masing siswa mengetahui kemampuannya dan semakin sering hatinya diingatkan bahwa kalau hal ini terjadi pada Ujian Nasional yang sesungguhnya pembimbing sambil menjelaskan sekaligus mensosialisasikan norma kelulusam tahun pelajaran 2007/2008 kepada siswa secara terus menerus. Dengan seringnya hatinya diingatkan besar harapan hati masing-masing siswa dapat tergugah dan meningkatkan untuk dapat optimal dalam menghadapi Ujian Nasional yang sesungguhnya. Dalam satu pertemuan dapat terbahas kurang lebih 20 sampai 25 soal.
      b. Setelah pembimbingan berlansung kurang lebih 4 minggu maka pada akhir siklus II diadakan Post-test activity dan Latihan Ujian Nasioanal (LUN) atau dapat disebut juga Tes Uji Coba (TUC). Post-test activity menggunakan soal yang sama dengan soal pada saat Pre-test activity yaitu soal susulan tahun pelajaran 2006/2007 sedangkan LUN II dengan menggunakan soal-soal model kurikulum 2004 dan interseksi.
      3. Hasil Pengamatan (Observing)
            Hasil Post-test activity (N2) dan Latihan Ujian Nasioanal II (LUN II) selanjutnya dianalisa yang hasilnya adalah sebagai  berikut dalam tabel  2 dan gambar 2  pada bab 4 di bawah ini:
      Tabel: 2
REKAPITULASI NILAI RATA-RATA HASIL TINDAKAN SIKLUS II








NO
KELAS
NO
N2
N2-NO
LUN 2
L2-NO
KET
1
9A
4,02
4,50
0,48
4,64
0,62
BHL
2
9B
3,83
4,53
0,7
5,2
1,37
BHL
RATA2
3,925
4,52
0,590
4,92
0,995
BHL
                        Dari tabel 2 bab 4 diatas dapat dilaporkan bahwa N0 (Nilai Pre-test activity), nilai tes sebelum kegiatan pembelajaran pada awal semester 2 tahun pelajaran 2007/2008 SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen, nilai  rata-rata kelas 9a sebesar 4,02 sedangkan kelas nilai rata-rata 9b sebesar 3,83  sehingga nilai rata-rata kelas paralel 9a dan 9b  sebesar 3,925.
                        Nilai N2 (Nilai Post-test activity) nilai setelah dilakukan bimbingan belah dua (half-parted guidancing) selama kurang lebih 1 bulan (selama bulan Maret 2008), nilai rata-rata kelas 9a sebesar 4,50 kelas 9b sebesar 4,53 sehingga jika dirata-rata antara kelas 9a dan 9b sebesar 4,52. Selama bulan Maret 2008 adalah waktu pelaksanaan penelitian tindakan siklus II dan alat tes yang digunakan menggunakan alat tes yang sama dengan alat tes pada waktu pre-test activity.
                        Nilai Latihan Ujian Nasional II (LUN II) adalah nilai Latihan Ujian Nasional yang soalnya menggunakan soal model soal Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)  karena untuk mempersiapkan anak terhadap soal unas tahun pelajaran 2007/2008 yang materi soalnya interseksi antara Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi siswa terhadap KBK 2004 dan KTSP. Perolehan nilai rata-rata LUN II pada siklus II pada  kelas 9a sebesar 4,64 dan 9b sebesar 5,20 sehingga kelas paralel 9a dan 9b sebesar 4,92.      
      4. Refleksi (Reflecting)


 







     

Gambar 2: Grafik Komparasi N0, N2, dan Nilai LUN 1I

                        Dari hasil observasi berdasarkan tabel 2 dan gambar 2 pada bab 4 yang telah dilakukan maka dapat direfleksikan bahwa selisih rata-rata kelas 9a (N2- N0 = 0,48) dan  selisih rata-rata kelas 9b (N2- N0 = 0,70) sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b sebesar 0,590. Dan selisih rata-rata kelas 9a (LUN I- N0 = 0,62) dan  selisih rata-rata kelas 9b (N1- N0 = 1,37) sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b sebesar 0,995. Karena hasil selisih baik menggunakan analisa hasil N2 maupun nilai LUN II tersebut diatas yang bernilai positif, maka dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan dalam pelaksanakan tindakan pada siklus II walaupun peningkatannya perlu untuk ditingkatkan lagi. Untuk itu penelitian tindakan dilanjutkan pada siklus III.
D. Deskripsi Siklus III

1. Perencanaan Tindakan (Planning)
      Perencanaan pada siklus III yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
a.       Membagi kelompok dengan ketentuan hasil nilai LUN II siswa 9a dan siswa 9 b dianalisa dan diperingkat 1 sampai dengan 80 selanjutnya, dibagi menjadi 4 rombongan belajar yakni: rombongan belajar 1 yaitu siswa yang berperingkat 1 - 20, rombongan belajar 2 adalah kelompok siswa yang berperingakt 21 – 40, rombongan belajar 3 siswa yang berperingkat 41 – 60 dan rombongan belajar 4 siswa yang berperingkat 61 – 60. Sekolah baru menyelenggarakan bimbingan untuk 4 mata pelajaran yang soalnya dari pusat yaitu: mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pelaksanaan bimbingan setelah  jam pelajaran pagi. Dengan empat rombongan belajar menjadikan empat mapel dapat disampaiakan pada siswa tanpa meliburkan kelompok belajar yang lain dan juga kempat guru mapel dapat melaksaanakan bimbingan secara bersama-sama dengan harapan pemanfaatan waktu bimbingan dapat optimal.
b.      Menyiapkan materi bimbingan dan pembahasanya.
c.       Menyiapkan blangko-blangko penilaian.
d.      Menyiapkan perangkat lain yang mendukung demi lancarnya pelaksanaan bimbingan.


      2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
      a.   Pembimbingan pada siklus III disampaikan soal-soal interseksi karena soal tahun pelajaran 2007/2008 masih menggunakan soal interseksi kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pemberian bimbingan dengan cara kurang lebih 15-20 menit siswa mengerjakan 10 soal secara individu terlebih dahulu dilanjutkan pembahasan bersama. Dalam pembahasan dibuka forum tanya jawab dan diskusi serta penegasan dan penyimpulan. Dilanjutkan analisa hasil masing masing siswa dengan memberikan pengelompokan pada siswa berdasarkan jawaban benar yang mereka dapatkan. Skala pengelompokan mulai dari benar nol sampai benar 10. Hal ini dilakukan agar masing-masing siswa mengetahui kemampuannya dan semakin sering hatinya diingatkan bahwa kalau hal ini terjadi pada Ujian Nasional yang sesungguhnya pembimbing sambil menjelaskan sekaligus mensosialisasikan norma kelulusam tahun pelajaran 2007/2008 kepada siswa secara terus menerus. Dengan seringnya hatinya diingatkan bsar harapan peneliti hati masing-masing siswa dapat tergugah dan meningkatkan untuk dapat optimal dalam menghadapi Ujian Nasional yang sesungguhnya. Dalam satu pertemuan dapat terbahas kurang lebih 20 sampai 25 soal.
      b. Setelah pembimbingan berlansung kurang lebih 4 minggu maka pada akhir siklus III diadakan Post-test activity dan Latihan Ujian Nasioanal (LUN) atau  disebut juga Tes Uji Coba (TUC). Post-test activity menggunakan soal yang sama dengan soal pada saat Pre-test activity yaitu soal susulan tahun pelajaran 2006/2007 sedangkan LUN III dengan menggunakan soal yang dibuat kerjasana MKKS dan MGMP Kabupaten Kebumen.
      3. Hasil Pengamatan (Observing)
                        Hasil Post-test activity (N3) dan Latihan Ujian Nasioanal III (LUN III) selanjutnya dianalisa yang hasilnya adalah sebagai  berikut dalam tabel  3 dan gambar 3  pada bab 4 di bawah ini:

      Tabel 3
REKAPITULASI NILAI RATA-RATA HASIL TINDAKAN SIKLUS III








NO
KELAS
NO
N3
N3-NO
LUN 3
L3-NO
KET
1
9A
4,02
4,88
0,86
4,98
0,96
BHL
2
9B
3,83
4,67
0,84
4,80
0,97
BHL
RATA2
3,925
4,775
0,850
4,89
0,965


                        Dari tabel 3 bab 4 diatas dapat dilaporkan bahwa N0 (Nilai Pre-test activity), nilai tes sebelum kegiatan pembelajaran pada awal semester 2 tahun pelajaran 2007/2008 SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen, nilai  rata-rata kelas 9a sebesar 4,02 sedangkan kelas nilai rata-rata 9b sebesar 3,83  sehingga nilai rata-rata kelas paralel 9a dan 9b  sebesar 3,925.
                        Nilai N3 (Nilai Post-test activity) nilai setelah dilakukan bimbingan belah dua (half-parted guidancing) selama kurang lebih 1 bulan (selama bulan April 2008), nilai rata-rata kelas 9a sebesar 4,88 kelas 9b sebesar 4,67 sehingga jika dirata-rata antara kelas 9a dan 9b sebesar 4,775. Selama bulan April 2008 adalah waktu pelaksanaan penelitian tindakan siklus III dan alat tes yang digunakan menggunakan alat tes yang sama dengan alat tes pada waktu pre-test activity.
                        Nilai Latihan Ujian Nasional III (LUN III) adalah nilai Latihan Ujian Nasional yang soalnya menggunakan soal model soal interseksi Kurikulum 1994,  Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)  yang pembuatannya dilalukan kerjasama MKKS dan MGMP Bahasa Inggris SMP Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2007/2008. Hal ini dilakukan  untuk mempersiapkan anak terhadap soal unas tahun pelajaran 2007/2008 yang materi soalnya interseksi antara Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dan langkah-langkah ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi siswa terhadap materi interseksi Kurikulum 1994, KBK 2004 dan KTSP. Perolehan nilai rata-rata LUN III pada siklus III pada  kelas 9a sebesar 4,98 dan 9b sebesar 4,80 sehingga kelas paralel 9a dan 9b sebesar 4,89.






      4. Refleksi (Reflecting)


 






Gambar 3: Grafik Komparasi N0, N3 dan LUN 3
                        Dari hasil observasi berdasarkan tabel 3 dan gambar 3 pada bab 4 yang telah dilakukan maka dapat direfleksikan bahwa selisih rata-rata kelas 9a (N3- N0 = 0,.86) dan  selisih rata-rata kelas 9b (N3- N0 = 0,84) sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b sebesar 0,850. Dan selisih rata-rata kelas 9a (LUN III- N0 = 0,96) dan  selisih rata-rata kelas 9b (N3 - N0 = 0.97) sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b sebesar 0,965. Karena hasil selisih baik menggunakan analisa hasil N3 maupun nilai LUN III tersebut diatas yang bernilai positif, maka dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan dalam pelaksanakan tindakan pada siklus III walaupun peningkatannya hanya mencapai 0,850 untuk N3 dan 0,965 untuk LUN 3 tetapi karena keterbatasan waktu yang tersedia maka peneliti akhiri penelitian tindakan ini pada siklus III. Dan selanjutnya hasilnya dikomparasikan antara N0 dengan Hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2007/2008 SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen.
           
E. Pembahasan
1. Pembahasan Siklus I
            Pembahasan pada siklus I berdasarkan data-data hasil nilai Pre-test activity (N0), nilai Post-test activity (N1) dan nilai Latihan Ujian Nasional I (LUN I).
      Berikut peneliti pertumjukkan  hasil rekapitulasi hasil tindakan pada siklus I pada tabel 4 dan tabel 5 serta gambar 4 dan gambar 5 bab 4 di bawah ini.        
Tabel 4           
REKAPITULASI NILAI RATA-RATA HASIL TINDAKAN SIKLUS I











NO
KELAS
NO
N1
N2
N3
RT2
N1-N0
N2-NO
N3-NO
RT2
1
9A
4,02
4,81


4,810
0,79


0,79
2
9B
3,83
4,85


4,850
1,02


1,02
RATA2
3,925
4,83


4,830
0,905


0,905

      Pada tabel 4 bab 4 hasil rekapitulasi nilai pre-test activity (N0)  rata-rata kelas 9a sebesar 4,02 sedangkan kelas 9b sebesar 3,83 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N0-nya adalah 3,925. Nilai post-test activity (N1) )  rata-rata kelas 9a sebesar 4,81 sedangkan kelas 9b sebesar 4,83 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N1-nya adalah 4,83. Jika dikomparasikan antara nilai N1 dan N0 maka kegiatan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,79 dan 9b sebesar 1,02. Sehingga kalau dirata-rata peningkatan kelas paralel kelas 9a dan 9b sebesar 0,905
Gambar 4: Grafik Komparasi N0 dan N1
      Pada gambar 4 bab 4 diatas mempertunjukkan bahwa kegiatan siklus I jika dilihat dari hasil nilai rata-rata paralel berdasarkan N1 adanya peningkatan nilai sebesar 4,83 – 3,925 = 0,905
Tabel 5
REKAPITULASI NILAI RATA-RATA HASIL TINDAKAN SIKLUS I












NO
KELAS
NO
LUN I
LUN II
LUN III
RT2
L1-N0
L2-NO
L3-NO
RT2

1
9A
4,02
4,07


4,070
0,05


0,05

2
9B
3,83
3,95


3,950
0,12


0,12

RATA2
3,925
4,01


4,01
0,085


0,085


      Pada tabel 5 bab 4 hasil rekapitulasi nilai pre-test activity (N0)  rata-rata kelas 9a sebesar 4,02 sedangkan kelas 9b sebesar 3,83 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N0-nya adalah 3,925. Nilai Latihan Ujian Nasional (LUN 1) )  rata-rata kelas 9a sebesar 4,07 sedangkan kelas 9b sebesar 3,95 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b LUN 1-nya adalah 4,01. Jika dikomparasikan antara nilai LUN 1 dan N0 maka kegiatan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,06 dan 9b sebesar 0,12. Sehingga kalau dirata-rata peningkatan kelas paralel kelas 9a dan 9b sebesar 0,085.
Gambar 5: Grafik Komparasi N0 dan Nilai LUN I

      Pada gambar 5 bab 4 diatas mempertunjukkan bahwa kegiatan siklus I jika dilihat dari hasil nilai rata-rata paralel berdasarkan LUN 1 adanya peningkatan nilai sebesar 4,01 – 3,925 = 0,085



2. Pembahasan Siklus II
            Pembahasan pada siklus II berdasarkan data-data hasil nilai Pre-test activity (N0), nilai Post-test activity (N1 dan N2) dan nilai Latihan Ujian Nasional I (LUN I) dan Latihan Ujian Nasional II (LUN II).
      Berikut peneliti pertumjukkan  hasil rekapitulasi hasil tindakan pada siklus II pada tabel 6 dan tabel 7 serta gambar 6 dan gambar 7 bab 4 di bawah ini.        

Tabel  6
REKAPITULASI NILAI RATA-RATA HASIL TINDAKAN SIKLUS II











NO
KELAS
NO
N1
N2
N3
RT2
NI-N0
N2-NO
N3-N0
RT2
1
9A
4,02
4,81
4,50

4,655
0,79
0,48

0,635
2
9B
3,83
4,85
4,53

4,690
1,02
0,70

0,86
RATA2
3,925
4,83
4,515

4,673
0,905
0,590

0,748

      Pada tabel 6 bab 4 hasil rekapitulasi nilai pre-test activity (N0)  rata-rata kelas 9a sebesar 4,02 sedangkan kelas 9b sebesar 3,83 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N0-nya adalah 3,925. Nilai post-test activity (N1) )  rata-rata kelas 9a sebesar 4,81 sedangkan kelas 9b sebesar 4,83 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N1-nya adalah 4,83. Nilai post-test activity (N2) )  rata-rata kelas 9a sebesar 4,50 sedangkan kelas 9b sebesar 4,53 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N2-nya adalah 4,515. Jika dikomparasikan antara nilai N1 dan N0 maka kegiatan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,79 dan 9b sebesar 1,02. Sehingga kalau dirata-rata peningkatan kelas paralel kelas 9a dan 9b sebesar 0,905. Dan komparasi nilai N2 terhadap N0 juga ada peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,48 dan 9b sebesar 0,70. Sehingga kalau dirata-rata peningkatannya sebesar 0,590.



     










Gambar 6: Grafik Komparasi N0, N1 dan N2

      Pada gambar 6 bab 4 diatas mempertunjukkan bahwa kegiatan siklus II jika dilihat dari hasil nilai rata-rata paralel berdasarkan komparasi N2 dengan N0  adanya peningkatan nilai sebesar 4,515 – 3,925 = 0,590. Tetapi jika dikomparasikan dengan N1 adanya penurunan sebesar 0,315

Tabel 7
REKAPITULASI NILAI RATA-RATA HASIL TINDAKAN SIKLUS II











NO
KELAS
NO
LUN I
LUN II
LUN III
RT2
L1-N0
L2-NO
L3-NO
RT2
1
9A
4,02
4,07
4,64

4,355
0,05
0,62

0,335
2
9B
3,83
3,95
5,20

4,575
0,12
1,37

0,745
RATA2
3,925
4,01
4,920

4,465
0,085
0,995

0,540

      Pada tabel 7 bab 4 hasil rekapitulasi nilai pre-test activity (N0)  rata-rata kelas 9a sebesar 4,02 sedangkan kelas 9b sebesar 3,83 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N0-nya adalah 3,925. Nilai Latihan Ujian Nasional (LUN 1) )  rata-rata kelas 9a sebesar 4,07 sedangkan kelas 9b sebesar 3,95 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b LUN 1-nya adalah 4,01. Nilai Latihan Ujian Nasional (LUN 2)   rata-rata kelas 9a sebesar 4,64 sedangkan kelas 9b sebesar 5,20 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b LUN 1-nya adalah 4,920. Jika dikomparasikan antara nilai LUN 1 dan N0 maka kegiatan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,06 dan 9b sebesar 0,12. Sehingga kalau dirata-rata peningkatan kelas paralel kelas 9a dan 9b sebesar 0,085. Dan komparasi nilai LUN2 terhadap N0 juga ada peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,62 dan 9b sebesar 1,37. Sehingga kalau dirata-rata peningkatannya sebesar 0,995.

Gambar 7: Grafik Komparasi N0, LUN I dan LUN II
      Pada gambar 7 bab 4 diatas mempertunjukkan bahwa kegiatan siklus II jika dilihat dari hasil nilai rata-rata paralel berdasarkan komparasi LUN2 dengan N0  adanya peningkatan nilai sebesar 4,920– 3,925 = 0,590. Dan jika dikomparasikan antara N2 dengan N1 juga ada peningkatak sebesar 4,920 – 4,01 = 0,910

3. Pembahasan Siklus III
            Pembahasan pada siklus III berdasarkan data-data hasil nilai Pre-test activity (N0), nilai Post-test activity (N1, N2 dan N3) dan nilai Latihan Ujian Nasional I (LUN I), Latihan Ujian Nasional II (LUN II) dan Latihan Ujian Nasional III (LUN III).
      Berikut peneliti pertumjukkan  hasil rekapitulasi hasil tindakan pada siklus III pada tabel 8 dan tabel 9 serta gambar 8 dan gambar 9 bab 4 di bawah ini.

Tabel 8
REKAPITULASI NILAI RATA-RATA HASIL TINDAKAN SIKLUS III











NO
KELAS
NO
N1
N2
N3
RT2
NI-N0
N2-NO
N3-N0
RT2
1
9A
4,02
4,81
4,50
4,88
4,730
0,79
0,48
0,86
0,710
2
9B
3,83
4,85
4,53
4,67
4,683
1,02
0,70
0,84
0,853
RATA2
3,925
4,83
4,515
4,775
4,707
0,905
0,590
0,850
0,782

      Pada tabel 8 bab 4 hasil rekapitulasi nilai pre-test activity (N0)  rata-rata kelas 9a sebesar 4,02 sedangkan kelas 9b sebesar 3,83 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N0-nya adalah 3,925. Nilai post-test activity (N1) )  rata-rata kelas 9a sebesar 4,81 sedangkan kelas 9b sebesar 4,83 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N1-nya adalah 4,83. Nilai post-test activity (N2) )  rata-rata kelas 9a sebesar 4,50 sedangkan kelas 9b sebesar 4,53 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N2-nya adalah 4,515. Nilai post-test activity (N3) )  rata-rata kelas 9a sebesar 4,88 sedangkan kelas 9b sebesar 4,67 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N2-nya adalah 4,775. Jika dikomparasikan antara nilai N1 dan N0 maka kegiatan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,79 dan 9b sebesar 1,02. Sehingga kalau dirata-rata peningkatan kelas paralel kelas 9a dan 9b sebesar 0,905. Komparasi nilai N2 terhadap N0 juga ada peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,48 dan 9b sebesar 0,70. Sehingga kalau dirata-rata peningkatannya sebesar 0,590. Dan komparasi nilai N3 terhadap N0 juga ada peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,86 dan 9b sebesar 0,84. Sehingga kalau dirata-rata peningkatannya sebesar 0,85.

Gambar 8: Grafik Komparasi N0, N1, N2 dan N3
Pada gambar 8 bab 4 diatas mempertunjukkan bahwa kegiatan siklus III jika dilihat dari hasil nilai rata-rata paralel berdasarkan komparasi N2 dengan N0  adanya peningkatan nilai sebesar 4,515 – 3,925 = 0,590 dan komparasi N3 dengan N0  adanya peningkatan nilai sebesar 4,775 – 3,925 = 0,0,85. Jika dikomparasikan N3dengan N2 adanya kenaikan kembali  sebesar 0,26.

Tabel  9
REKAPITULASI NILAI RATA-RATA HASIL TINDAKAN SIKLUS III











NO
KELAS
NO
LUN I
LUN II
LUN III
RT2
L1-N0
L2-NO
L3-NO
RT2
1
9A
4,02
4,81
4,64
4,98
4,810
0,79
0,62
0,96
0,79
2
9B
3,83
4,85
5,20
4,80
4,950
1,02
1,37
0,97
1,12
RATA2
3,925
4,83
4,920
4,890
4,880
0,905
0,995
0,965
0,96

      Pada tabel 9 bab 4 hasil rekapitulasi nilai pre-test activity (N0)  rata-rata kelas 9a sebesar 4,02 sedangkan kelas 9b sebesar 3,83 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b N0-nya adalah 3,925. Nilai Latihan Ujian Nasional (LUN 1) )  rata-rata kelas 9a sebesar 4,07 sedangkan kelas 9b sebesar 3,95 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b LUN 1-nya adalah 4,01. Nilai Latihan Ujian Nasional (LUN 2)   rata-rata kelas 9a sebesar 4,64 sedangkan kelas 9b sebesar 5,20 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b LUN 2-nya adalah 4,920. Nilai Latihan Ujian Nasional (LUN 3)   rata-rata kelas 9a sebesar 4,98 sedangkan kelas 9b sebesar 4,80 sehingga kalau dirata-rata kelas 9a dan 9b LUN 3-nya adalah 4,890.  Jika dikomparasikan antara nilai LUN 1 dan N0 maka kegiatan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,06 dan 9b sebesar 0,12. Sehingga kalau dirata-rata peningkatan kelas paralel kelas 9a dan 9b sebesar 0,085. Komparasi nilai LUN2 terhadap N0 juga ada peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,62 dan 9b sebesar 1,37. Sehingga kalau dirata-rata peningkatannya sebesar 0,995. Dan komparasi nilai LUN 3 terhadap N0 juga ada peningkatan. Adapun peningkatannya untuk kelas 9a sebesar 0,96 dan 9b sebesar 0,97. Sehingga kalau dirata-rata peningkatannya sebesar 0,965.


      Gambar 9: Grafik Komparasi N0, LUN I, LUN II dan LUN III
     
      Pada gambar 9 bab 4 diatas mempertunjukkan bahwa kegiatan siklus III jika dilihat dari hasil nilai rata-rata paralel berdasarkan komparasi LUN3 dengan N0  adanya peningkatan nilai sebesar 4,890– 3,925 = 0,965. Komparasi LUN3 dengan LUN1  adanya peningkatan nilai sebesar 4,890 – 4,83 = 0,060. Jika dikomparasikan antara LUN3 dengan LUN3 ada penurunnan sebesar 0,030.

F. Hasil Penelitian
      Berdasarkan laporan hasil penelitian dan pembahasan pada bab 4 ini dengan informasi kondisi awal sebelum tindakan dilakukan, deskripsi tindakan tiap siklus dan pembahasan antar siklus bahwa penelitian tindakan dengan model bimbingan belah dua (half-parted counseling) menunjukkan adanya peningkatan pencapaian nilai rata-rata kelas dan atau kelas paralel jika dikomparasikan antara N1,N2 dan N3 dengan N0 serta antara LUN 1, LUN 2 dan LUN 3 dengan N0. Sehingga menurut indikator keberhasilan penelitian tindakan secara kuantitatif maupun secara kualitatif tindakan ini dapat dikatakan berhasil. Walaupun tingkat keberhasilannya masih  perlu ditingkatkan. Disamping indikator diatas keberhasilan dapat dilihat dari hasil perolehan nilai Ujian Nasional pusat seperti rekapitulasi dalam tabel 10 dan gambar 10 berikut ini.

Tabel 10: Rekapitulasi Keberhasilan Tindakan yang Dilakukan

NO
REKAPITULASI
N0
N1
N1 -N0
KETERANGAN
1
RT2 PENCAPAIAN
3,9
5,7
1,8
N.UN 2008-N.PRE-TEST ACT
2
RT2 KELULUSAN
5,7
5,7
0
UN 2008 – UN 2007
3
% KELULUSAN
68,06
79,17
11,11
UN 2008 – UN 2007

Gambar 10: Grafik Komparasi N0/N. Awal dengan Hasil Ujian Nasional 2008

      Berdasarkan tabel 10 dan gambar 10 menunjukkan bahwa  perolehan hasil belajar kelas 9 selama semester 2 tahun pelajaran 2007/2008 sebesar 5,7 – 3,9 = 1,8. Nilai rata-rata kelulusan tahun 2008 adalah sebesar 5,7 dan tahun 2007 juga 5,7. Jika dilihat angkanya rata-rata kedua tahun pelajaran  sama tetapi secara kualitatif sebenarnya meningkat karena kriteria kelulusan tahun 2008 secara kualitatif meningkat dari tahun 2007. Tahun 2007 ada tiga  mata pelajaran yang diujinasionalkan dan rata-rata ketiga nilai lebih besar atau sama dengan 5,00 sedangkan tahun 2008 ada 4 mata pelajaran yang diujinasionalkan dengan rata-rata nilai lebih besar atau sama dengan 5,25. Secara kwantitatif jumlah kelulusan SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2007/2008 jumlahnya meningkat dari 68,06% pada kelulusan tahun 2007 menjadi 79,17 % pada kelulusan tahun 2008, dengan kata lain meningkat 11,11%.

 
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

      Berdasarkan data yang diperoleh dari pengalaman secara empiris dan hasil anlisisnya pada bab 4 laporan hasil penelitian tindakan ini dan didukung secara teoritis yang dikemukakan pada bab 2 laporan penelitian tindakan ini maka disimpulkan bahwa model bimbingan belah dua (half-parted guidancing) dapat meningkatkan hasil Ujian Nasional siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2007/2008 baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

B. Implikasi

      Kelompok yang lebih kecil akan dapat lebih mengoptimalkan proses bimbingan dalam pembelajaran dan model bimbingan belah dua (half-parted guidancing) merupakan salah satu model bimbingan yang dapat digunakan sebagai upaya peningkatan proses pembelajaran baik secara kualitatif maupun kuantitatif.



49
C. Saran

      Jika situasi dan kondisi sekolah memungkinkan model bimbingan belah dua (half-parted guidancing) dapat digunakan sebagai alternatif model bimbingan untuk para siswa agar proses bimbingan bervariatif, oleh para guru yang kreatif, bagi kepala sekolah maupun dinas terkait untuk penyusunan program peningkatan mutu  
DAFTAR PUSTAKA
Ary Ginanjar Agustian, 2005. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ). Jakarta: Penerbit Arga.
Bambang Purnomo,.2005. Optimalisasi Pencapain Gain Score Achievement Nilai Ujian Nasionnal melalui LUN. Penelitian Tindakan Kelas. Perpustakaan SMP Negeri 2 Gombong: Kebumen
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1999. Kurikulum 1994 dan Suplemennya. Jakarta : Depdikbud.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP dan MTs. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
DePorter,Bobbi,&Hernacki,Mike. 2005. Quantum Learning. Bandung: Mizan
Djawanto PS,S.E. 2000. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi. Yogyakata : Liberty Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pedidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Priyono, Andreas, Drs. , Dipl,Art,M.Sc.Ed. dan Drs. H. Djunaedi. 2001. Petunjuk Praktis Classroom Based Action Reseach. Semarang : Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Jateng.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Soekemi, 1999. Kedudukan Evaluasi Dalam Pengajaran Bahasa Inggris dan Sifat-Sifat tes yang digunakan, Jakarta:Universitas Terbuka,
SMP Negeri 2 Rowokele, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dokumen SMP Negeri 2 Rowokele Kabupaten Kebumen.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dikmenum, Depdikbud.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomnor 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor: 0443/P/1993 Nomor: 25 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Kesputusan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor: 984/BSNP/XI/2007 tentang Prosedur Operasi Standar (POS) Ujian Nasional Sekolah tahunh pelajaran 2007/2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar