WACANA INTERPESONAL UNTUK MENINGKATKAN
IMTAQ
DAN
MEMPERLANCAR TRANSFER IPTEK
Oleh:
Bambang Purnomo
ABSTRAK
Bambang Purnomo. 2006. Wacana Interpesonal untuk Meningkatkan
Imtaq dan Memperlancar Tranfer Iptek..Makalah. Kebumen: SMP Negeri 2
Gombong.
Era globalisasi sudah
mulai terasa di negeri ini, Indonesia tercinta, kita sebagai bangsa Indonesia
harus hati-hati dalam menyikapi perubahan yang sangat komprehensif dan tanpa
batas. Kekuatan hati dalam bersikap merupakan hal yang harus dimilki oleh
bangsa ini sehingga arus glogalisasi semaksimal mungkin kita ambil manfaatnya.
Agar keputusan yang diambil itu berdampak positif tentu kita harus memiliki filter-filter
dalam diri sehingga kita bisa memilih dan memilah mana yang baik, mana yang
tidak baik , mana yang bermanfaat, mana yang tidak bermanfaat, mana yang
bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat.
Kenyataan masyarakat yang ada sekarang ini juga begitu majemuk dan
beragam baik dalam pola hidup, pandangan hidup maupun, tujuan hidup mereka.
Semua hal yang beragam tersebut sedapat mungkin bisa menjadikan nilai positif
dalam rangka menjadikan Negara Indonesia tercinta tetap berjaya dan
diperhitungkan dalam kehidupan International. Hal mini memerlukan
individu-individu yang tangguh, tanggap dan bertanggung jawab kepada apa yang
harus atau tidak harus dilakukan sehingga langkah yang diambil dapat mebuahkan
hasil seperti yang diinginkan yaitu terbentuknya masyarakat yang madani dan
individu-individu yang memiliki akhlak mulia, sopan, santun, dan selalu
melakukan hal yang bermanfaat dalam hubungannya dengan sesama makhluk diplanet
bumi ini. Selain hal tersebut Iman dan Taqwa merupakan filter yang paling kuat
untuk menangkal semua itu.
Wacana Interpesonal adalah salah satu wacana
yang dapat memperlancar seseorang dalam berhubungan dengan sesama makhluk
sehingga seseorang dalam hubungan horisontal dengan manusia lain perlu untuk
mengetahui ungkapan apa yang harus digunakan sehingga seseorang itu menjadi
orang yang sopan, santun dan berterima. Semua bahasa memiliki wacana
interpersonal tersebut hanya saja sebagian dari kita tidak mempedulikannya
karena mereka menganggap bahwa hal itu hanya merupakan ungkapan sepele dan
pendek. Tidak digunakannya wacana interpesonal dengan baik dan benar sesuai
dengan konteks situasi dan budaya menjadikan seseorang dikatakan orang yang
tidak sopan, tidak santun dan bahkan dapat menyebabkan malapetaka yang dapat
kita lihat dalam berita-berita di layar televisi. Demikianpula Bahasa Inggris
juga memiliki wacana tersebut dalam hubungannya dengan sesama manusia. Karena
Bahasa Inggris merupakan bahasa International dan hampir kebanyakan ilmu
pengetahuan disampaikan dalam bahasa Bahasa Inggris baik secara lisan maupun
tertulis sehingga untuk memperlancar tranfer ilmu pengetahuan dan teknologi
kita harus menguasai ungkapan-ungkapan tersebut sehingga tidak ada hambatan
dalam berhubungan dengan sesama manusia dalam memperluas ibadah kita selama
hidup di dunia. Dan semua ini dilakukan karena Allah SWT. semata. Amin.
”Dan juga dalam dirimu. Apakah tiada kamu perhatikan?
Q.S.
Surat Adz Dzariyat ( Angin yang menebarkan ) Ayat 21.
BAB I
PENDAHULLUAN
Dalam dunia global yang sudah terasa
hembusannya dinegara kita Indonesia
tercinta, siap atau tidak siap, mau atau tidak mau, tetap saja globalisasi akan
mendera negeri ini. Kecerdasan menghadapi kehidupan sosial dalam berhubungan
dengan masyarakat internasional harus bangsa miliki, kalau bangsa ini tidak mau
jadi penonton. Untuk itu bagaimana kita menghadapai situasi tersebut, salah
satu yang sangat penting adalah alat komunikasi. Media komunikasi yang paling
bisa diterima adalah melalui bahasa. Bahasa Inggris adalah bahasa yang sudah
diakui dunia internasional sebagai bahasa Internasional. Untuk itu keberadaan
suatu bangsa juga dipengaruhi oleh sejauh mana bangsa ini menguasai bahasa
Internasional untuk mengimbangi pertumbuhan dunia global ini.
Kembali pada fitrah manusia yang
oleh TuhanNya telah dikaruniai berbagai kecerdasan, antara lain: Kecerdasan
Akal (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Kecerdasan
Akal adalah kecerdasan yang sudah lama kita ketahui yang pada waktu itu
diyakini bahwa keberhasilan seseorang ditentukan oleh IQ tersebut. Muncul
berikutnya Kecerdasan Emosional (EQ) dikatakan bahwa keberhasilan
tidaklah cukup hanya IQ yang tinggi tetapi dipengaruhi juga oleh EQ. Belakangan ini banyaklah orang yang tidak
habis-habis dalam pencarian tentang diri sendiri. Dan munculah SQ yang diharapkan
dapat digunakan oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya untuk mencari
keseimbangn hidup selama di dunia dan di akhirat kelak.
Sehubungan
dengan bagaimana kita menyikapi tentang dunia yang global ini mau tidak mau,
suka tidak suka, bangsa ini harus dapat menguasai bahasa Inggris baik lisan
maupun tulis. Kita lihat bahasa sebagaimana sisi baiknya, kegunannya, dan
sebagai alat untuk memperlancar komunikasi antar manusia yang hidup diatas
planet bumi ini sehingga kita bisa saling berhubungan, transfer ilmu pengetahuan
dan teknologi tanpa prasangka dan saling terbuka.
”Hai orang-orang
yang beriman! Janganlah terlalu banyak sangka menyangka. Sungguh, sebagian persangkaan
adalah dosa. Janganlah saling memata-matai, dan janganlah saling memfitnah...”
- Q.S. 49 Surat Al
Hujarat (Bilik-bilik) Ayat 12-
Situasi
yang seperti sekarang ini perlu dicermati dengan seksama dan hati-hati.
Menguasai bahasa asing memang memiliki nilai tambah dan positif. Kita tahu
tentang bahasa dan budaya asing memang perlu karena bahasa muncul karena hasil
budaya dan adanya konteks situasi siapa, dimana dan jalur komunikasi apa yang
digunakan. Tanpa mengetahui hal itu penguasaan terhadap bahasa tertentu
kuranglah lengkap dan komprehensif. Untuk itu bangsa ini perlu mengetahui ungkapan-ungkapan
dari bahasa yang akan kita gunakan agar kita tidak terasa asing dan berterima
dalam menggunakan bahasa tersebut. Misalnya kita ingin berkomunikasi menggunakan
Bahasa Inggris, kita harus tahu wacana yang sesuai dengan situasi dan konteks
bahasa itu digunakan .
Nabi Muhammad SAW mengingatkan:
”Janganlah kamu
berdiri seperti orang-orang asing yang mau saling diagungkan.”
Kedudukan
manusia dihadapan Tuhan adalan sama, untuk menjadikan kita sama dalam hubungan
international bangsa ini harus menguasai bahasa Internasional yaitu Bahasa
Inggris. Tanpa menguasai bahasa tersebut niscaya bangsa ini sulit untuk
mendapatkan kedudukan yang sama dimuka bumi ini karena akan terhambat dengan
hubungan antar manusia. Dengan terhambatnya hubungan antar manusia menyebabkan
bangsa ini terkucil dan tidak dianggap keberadaannya di muka bumi ini. Untuk
itu bangsa ini perlu memperhatikan piranti-piranti apa yang dibutuhkan agar
bangsa yang beradab ini bisa ambil bagian dikancah dunia internasional.
Sekarangpun sudah banyak hal-hal yang dapat berbicara dalam tataran dunia
internasional tetapi semakin banyak semakin baik untuk menjadikan bangsa
Indonesia ini jaya.
”Dan juga dalam dirimu. Apakah tiada kamu
perhatikan?
Q.S.
Surat Adz Dzariyat ( Angin yang menebarkan ) Ayat 21.
Salah satu yang diperlukan
dalam dunia Internasional dalam penggunaan Bahasa Inggris adalah Bagaimana Kita
bisa menggunakan wacana interpesonal dalam Bahasa Inggris. Dengan semakin baik
kita menggunakanya maka kesantunan kita dalam menggunakan bahasa tersebut
semakin baik. Wacana interpesonal sebenanra tidak banyak tetapi intensitas
pemakaianya sangatlah tinggi. Untuk itu penguasaan wacana tersebut dalam penggunaannya
sangatlah penting karena dapat juga untuk mengetahui tingkat kesantunan
pemakainya. Dengan kesantunan tersebut hambatan dalam berkomunikasi,
bersilahturahmi sesama umat manusia sekecil mungkin dapat dihindari. Dengan
lancarnya komunikasi dan silahturahmi manusia dimuka bumi ini insyaallah malapetaka
dimuka bumi ini dapat dicegah atau dihindari.
”Hai sekalian manusia, takutlah kamu kepada Tuhanmu yang menjadikan kamu
dari diri yang satu dan menjadikan isteri dari padanya: dan darpada keduanya berkembang-biak
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan takutlah kepada Allah yang meminta
kamu dengan namaNya, dan (takutlah akan
memutuskan) silaturahmi. Sesungguhnya Allah mengawasi kamu”.
Q.S.
Surat An-Nisa (Perempuan-perempuan) Ayat 1
Dengan begitu pentingnya
hubungan interpersonal antar umat manusia maka saya angkat dalam makalah ini pembelajaran
wacana interpesonal Bahasa Inggris dengan tujuan agar bangsa ini dapat santun
dalam hubungan antar bangsa untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Materi
Materi
pembelajaran yang disampaikan adalah wacana interpersonal (wacana untuk berbasa-basi).
Wacana ini digunakan seseorang dalam
hubungan sosial kemasyarakatan. Wacara tersebut sangat penting karena dari
penggunaan wacana interpesonal tersebut orang akan bisa menilai orang itu
santun atau tidak. Sebelum masuk pada materi sesungguhnya saya mempunyai
ilustrasi yang nantinya dapat sebagai pembanding karena pada hakekatnya setiap
bahasa memiliki wacana interpersonal.
’Pada suatu sore dissebuah gang duduk-duduk
beberapa oarng tua yang sedang berbincang-bincang tentang suatu hal. Pada saat
itu lewat seorang pemuda dengan gayannya
yang urakan tanpa peduli terhadap apa yang sedang ia lewati. Tidak selang lima
menit lewat seorang gadis dengan lemah gemulai dia berkata:” Permisi, selamat
sore” diikuti dengan senyum manisnya’.
Dari ilustrasi tersebut kita
bisa mengambil kesimpulan bahwa pemuda tersebut tidak sopan/santu sedangkan
gadis itu karena dapat menggunakan wacana interpesonal dengan baik maka orang
mengatakan gadis itu sopan/santun. Sebenarnya tidaklah banyak yang sudah gadis
tersebut perbuat hanya beberapa kata saja tetapu dapat mengubah statusnya
menjadi gadis yang sopan/santu.
Ada juga ilustrasi lain, hanya
karena tidak menggunakan wacana intepersonal dengan baik terjadilah perkelahian
antar warga. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
’Pada
suatu siang bergerombol beberapa pemuda dibawah pohon mangga yang besar dan
rindang. Pohon tersebut kebetulan dipinggir jalan. Siang itu lewat pemuda
dengan sepeda bututnya sebut saja namanya Z. Z adalah pemuda sebelah desa yang
dari perangainya memang dikenal agak ugal-ugalan. Ketika dia melewati
Gerombolan pemuda yang sedang bercanda, kebetulan Si Z melihat salah seorang
pemuda itu tanpa senyum dengan mata melotot tajam. Akhirnya pemuda itu
menunjukkan isyarat tinju dengan memukulkan kepalan tangan kanan ke telapak
tangan kiri. Kemudian si Z juga tidak tinggal diam dia meludah persis didekat
pemuda tersebut. Selanjutnya Pemuda itu menarik sepeda dan memukulnya si Z.
Karena si Z sendiri maka dia tidak berani dan dia pulang lalu memberi tahu pada
teman-temannya bahwa dia telah dipukul oleh pemuda sebelah desa. Maka
selanjutnya terjadilah perkelahian antar kampung yang berakibat sangat fatal
dan merenggut korbat jiwa’.
Kalau
kita renungkan sebenarnya perkelahian tersebut dari masalah yang sepertinya
sepele dan ringan tapi itulah dampaknya. Kalau saja si Z pada waktu lewat
dengan muka sejuk, senyum dan menyapa denngan ”Hai ... atau Mari .... atau ungkapaan
itepersonal lainya saya yakin perkelahian dapat dihindari. Dari sinilah Wacana
yang tidak banyak dan seolah-olah sepale tetapi dapat menjadikan berhaganya
seseorang jika mengguinakannya tetapi dapat menjadikan petaka jika seseorang
tidak bijak menggunakannya.
Tidak
saja bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Titun
maupun Bahasa Inggris serta bahasa-bahasa lainya pasti memiliki Wacana
interpesonal dimana bahasa tersebut digunakan. Bahasa Inggris memiliki beberapa
wacana interpersonal antara lain:
- Ungkapan seseorang pada waktu pertama kali bertemu.
- Ungkapan seseorang pernah kenal dan jumpa lagi
- Ungkapan-Ungkapan selamat
- Ungkapan-ungkapan memuji
- Ungkapan-ungkapan menaggapi pujian
- Ungkapan-ungkapan untuk menghaluskan perintah
- Ungkapan-ungkapan menghaluskan permohonan, dan lain-lain
B. Nilai Imtaq
Wacana
interpersonal yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalan hubungan
dengan sesama makhluk di dunia dengan baik dan sesuai dengan konteks budaya
yang ada dimasyarakat sosial pada hakekatnya dapat membentuk karakter seseorang
untuk dapat dikatakan santun atau tidak santun, sopan atau tidak sopan seseorang
dalam kehidupaan sehari-hari. Ukurannya adalah masyarakat sosial dilingkungan
pengguna bahasa tersebut. Ukuran Iman
seseorang diantaranya diukur seberapa taqwa kepada Allah seseorang tersebut. Adapun ukuran taqwa seseorang diantaranya
seberapa banyak ibadah dan amalan yang telah diperbuat. Dan semua itu dilakukan
karenaNya bukan karena yang lain. Dengan menggunakan wacana interpesonal yang
tepat dan disertai senyum dan perbuatan yang baik merupakan salah satu ibadah
yang tak ternilai harganya tetapi kalau sudah dibiasakan tidaklah sulit.
”Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah
kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan perbuatan apa yang telah
dilakukannya, sebagai persediaan dihari esok. Bertakwalah kepada Allah .
Sungguh, Allah tahu benar yang kamu lakukan.
Q.S. Surat Al Hasyr (Pengusiran) Ayat 18
Karena
manusia disamping punya kewajiban untuk berhubungan dengan Maha penciptannya
yaitu Allah SWT tetapi juga berkewajiban untuk senantiyasa berhubungan yang
baik dengan sesama umat manusia diplanet bumu ini baik sesama bangsa maupum
bangsa lain. Dan semuanya diperintahkan untuk saling menghormati dan menghargai
serta menjalin tali kasih dengan menggalakan silaturahmi. Salah satu alah
bersilaturahmi adalah menggunakan bahasa tidak kecuali Bahasa Inggris sebagai
Bahasa pergaulan internasional.
”Hai sekalian manusia,
takutlah kamu kepada Tuhanmu yang menjadikan kamu dari diri yang satu dan
menjadikan isteri dari padanya: dan darpada keduanya berkembang-biak laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan takutlah kepada Allah yang ointa meminta
kamu dengan namaNya, dan (takutlah akan
memutuskan) silaturahmi. Sesungguhnya Allah mengawasi kamu”.
Q.S. Surat An-Nisa (Perempuan-perempuan) Ayat
1
Dengan
perintah menjalin silaturahmi maka penting pulalah ungkapan penyerta yaitu
wacara interpesonal itu untuk dipelajarai dan digunakan sesuai denan konteks
budaya dan situasi yang sesuai.
Ada dua hal yang perlu
dimiliki para siswa yaitu, siswa harus memiliki kompetensi sesuai dengan bahasa
yang sedang dipelajari disini saya sampaikan model kompetensi dan model bahasa
yang sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi dan model bahasa
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Model Kompetensi
Sejauh
ini terdapat sejumlah model kompetensi yang berhubungan dengan bidang bahasa
yang melihat kompetensi berbahasa dari berbagai perspektif. Dalam kurikulum ini
model kompetensi berbahasa yang digunakan adalah model yang dimotivasi oleh
pertimbangan-pertimbangan pedagogi bahasa yang telah berkembang atau berevolusi
sejak model Canale dan Swain kurang lebih sejak tiga puluh tahun yang lalu.



Sociocultural



Discourse Competence
![]() |
![]() |
||||
![]() |
Linguistic
Actional
Competence
Competence
Strategic
Competence
Gambar 1: Model Kompetensi Komunikatif
(dari Celce-Murcia et al.)
Representasi skematik di Gambar 1 menunjukkan
bahwa kompetensi utama yang dituju
oleh pendidikan bahasa adalah Discourse Competence atau omunikasi Wacana
(KW). Artinya, jika seseorang berkomunikasi baik secara isan maupun tertulis orang tersebut terlibat dalam suatu
wacana. Yang dimaksud dengan wacana ialah sebuah peristiwa komunikasi yang
dipengaruhi oleh topik yang dikomunikasikan, hubungan interpersonal pihak yang
terlibat dalam komunikasi dan jalur komunikasi yang digunakan dalam satu
konteks budaya. Makna apapun yang ia peroleh dan ia ciptakan dalam komunikasi
selalu terkait dengan konteks budaya dan konteks situasi yang melingkupinya.
Berpartisipasi dalam percakapan, membaca dan menulis secara otomatis
mengaktifkan kompetensi wacana yang berarti menggunakan seperangkat atrategi
atau prosedur untuk merealisasi nilai-nilai yang terdapat dalam unsur-unsur bahasa,
isyarat-isyarat pragmatiknya dalam menafsirkan dan mengungkapkan makna
(McCarthy dan Carter 2001:88).
Kompetensi wacana hanya dapat diperoleh jika siswa
memperoleh kompetensi pendukungnya seperti Kompetensi Linguistik (Linguistic
Competence), Kompetensi Tindak Tutur untuk bahasa lisan atau Kompetensi
Retorika untuk bahasa tulis (keduanya tercakup dalam Actional Competence),
Kompetensi Sosiokultural (Sociocultural Competence), dan Kompetensi
Strategis (Strategic Competence).
Implikasi pedagogisnya adalah bahwa perumusan
kompetensi dan indikator-indikator bahasa Inggris perlu didasarkan kepada
komponen-komponen tersebut di atas untuk menjamin bahwa kegiatan pendidikan
yang dilakukan mengarah kepada tercapainya satu kompetensi utama, yakni
kompetensi wacana. Oleh karenanya, indikator-indikator dalam kurikulum ini
dirumuskan berdasarkan kelima komponen dalam model kompetensi ini. Selanjutnya
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran setiap indikator dijabarkan
berdasarkan daftar sub-kompetensi dan pertimbangan-pertimbangan lain yang
relevan.
Penting untuk dicatat bahwa seperangkat komponen
kompetensi yang berupa daftar tersebut bukan representasi kompetensi wacana
karena kompetensi wacana lebih mengacu kepada strategi atau prosedur untuk
‘memobilisasi’ seluruh declarative knowledge dalam konteks
komunikasi nyata untuk menciptakan makna yang sesuai konteks komunikasinya.
Kemampuan ini lazim disebut procedural knowledge. Ini berarti bahwa
pengajaran bahasa tidak dapat dipecah-pecah per kelompok kompetensi (linguistic,
actional, sociocultural, strategic, discourse) melainkan diarahkan kepada
pemerolehan kompetensi wacana dengan melihat kepada kelompok kompetensi sebagai
alat monitor yang membantu penyadaran akan adanya komponen tersebut yang dapat
dijabarkan dalam seperangkat indikator.
Selain kelima komponen tersebut, aspek sikap juga
dirumuskan sebagai hasil belajar yang dapat diamati berdasarkan apa yang
dilakukan siswa selama menjalani proses pembelajaran. Perumusan ini diharapkan
dapat menjadi pendorong bagi pengguna kurikulum ini untuk dapat
mengeksplisitkan harapan-harapannya terhadap siswa yang pada gilirannya akan
membuat pelajaran bahasa Inggris menyenangkan.
2.
Model Bahasa

CULTURE
Genre
(Purpose)

SITUATION
Who is involved?
(Tenor)
Subject matter Channel



|
Gambar
2 : The Model of language (Derewianka,
1990)
a.
Konteks
Bahasa terjadi dan hidup dalam konteks yang dapat
berupa apa saja yang mempengaruhi, menentukan dan terkait dengan
pilihan-pilihan bahasa yang dibuat seseorang ketika menciptakan dan menafsirkan
teks.
Dalam konteks
apapun, orang menggunakan bahasa untuk melakukan tiga fungsi utama:
1) Fungsi gagasan (ideational function), yakni fungsi bahasa untuk mengemukakan atau mengkonstruksi gagasan atau informasi.
2) Fungsi interpersonal (interpersonal function), yakni fungsi bahasa untuk berinteraksi dengan sesama manusia yang mengungkapkan tindak tutur yang dilakukan, sikap, perasaan, dan sebagaimya.
3) Fungsi tekstual (textual function), yakni fungsi yang mengatur bagaimana teks atau bahasa yang diciptakan ditata sehingga tercapai kohesi dan koherensinya, sehingga mudah dipahami orang yang mendengar atau membaca.
Implikasi pedagogisnya adalah bahwa sebuah pengembangan program bahasa sewajarnya mengarahkan siswa untuk mampu mengungkapkan nuansa-nuansa makna ideasional, makna interpersonal, dan makna tekstual. Dalam kurikulum ini, nuansa makna tercermin dalam rumusan kompetensi dasar tiap ketrampilan berbahasa dan indikator-indikatornya. Makna gagasan, misalnya, akan dominan mewarnai bahasa tulis, makna interpersonal akan dominan mewarnai bahasa lisan, dan makna tekstual mewarnai kedua ‘modes’ bahasa tersebut dalam hal penataan informasi yang terkandung di dalamnya.
Dalam model ini terdapat dua macam
konteks: konteks budaya (context of culture) dan konteks situasi (context
of situation). Sebuah konteks budaya ‘melahirkan’ banyak macam teks yang
dikenal dan diterima oleh anggota masyarakatnya sebab susunan dan bahasa yang
digunakan menunjang tujuan komunikatif teks tersebut. Misalnya, orang mengenal
dan menggunakan teks ‘resep masakan’ sebagaimana yang ditemukan di buku-buku
resep. Maka ketika orang mendengar kata ‘resep’ ia akan membayangkan susunan
teks dan bahasa yang lazim digunakan dalam budayanya. Begitu juga jika ia
mendengar kata ‘cerita pendek’ yang berbeda dari resep. Jenis teks ini disebut genre.
Singkatnya, sebuah konteks budaya melahirkan banyak genre.
Ketika seseorang mempelajari bahasa
asing, ia terlibat dalam penciptaan dan penafsiran berbagai jenis teks yang
lahir dari budaya bahasa asing tersebut yang tidak selalu sama dengan jenis
teks yang lahir dalam budaya yang dimilikinya. Oleh karenanya, jenis-jenis teks
yang diwarnai oleh berbagai tujuan komunikatif, penataan bagian-bagian teks, dan
fitur-fitur linguistik tertentu selayaknya menjadi perhatian setiap program
pendidikan bahasa. Ini dimaksudkan agar siswa bukan hanya menggunakan kalimat
bahasa Inggris, melainkan juga menata teksnya dengan cara yang lazim digunakan
oleh penutur aslinya. Konsep genre ini mewarnai jenis teks yang disarankan oleh
kurikulum ini.
Konteks situasi juga mendapatkan
perhatian dalam kurikulum ini. Terdapat tiga faktor konteks situasi yang
mempengaruhi pilihan bahasa seseorang: topik yang dibicarakan (field),
hubungan interpersonal antara pengguna bahasa (tenor) dan jalur
komunikasi (lisan atau tulis) yang digunakan (mode). Ketiga faktor ini
menentukan apakah seseorang memilih berbahasa formal/informal, akrab/tidak
akrab dsb. Kurikulum ini juga diwarnai oleh konsep tersebut agar siswa mampu
berkomunikasi sesuai dengan konteks yang dihadapinya.
b.
Teks
Pada dasarnya, kegiatan komunikasi
verbal adalah proses penciptaan teks, baik lisan maupun tertulis, yang terjadi
karena orang menafsirkan dan menanggapi teks dalam sebuah wacana. Maka teks
adalah produk dari konteks situasi dan konteks budaya. Misalnya, ketika
seseorang berbahasa Inggris, ia tidak hanya harus menggunakan kosa kata bahasa
Inggris melainkan juga menggunakan tata bahasanya agar ia dipahami oleh penutur
aslinya. Sering ada anggapan bahwa berbahasa secara komunikatif tidak perlu
terlalu memperhatikan tata bahasa. Akan tetapi, sering kurang disadari bahwa
kalalaian bertata bahasa menimbulkan banyak miskomunikasi yang barangkali tidak
berdampak serius dalam percakapan santai, tetapi bisa berdampak sangat serius
bahkan berakibat fatal dalam konteks formal atau akademis.
C.
Pembelajaran yang Mengintegrasi Imtaq-Iptek:
1. Integrasi Imtaq-Iptek
Dunia secara makro telah berkembang
dengan pesat bahkan dunia globalpun sudah semakin tampak dalam kehidupan
sehari-hari. Perkembangan ilmu dan teknologi juga tidak kalah pesatnya dalam
meningkatnya kualitas hidup manusia didunia walaupun kualitas ini masih
dipertanyakan sesuai dengan aqidah maupun akhlak yang dituju sesuai dengan
tujuan hidup seseorang karena hal itu harus diukur dengan nilai-nilai dan
norma-norma yang hidup dan berkembang dimasyarakat pada khususnya dan hubungan
internasional pada umumnya. Belajar
bahasa merupakan hal penting untuk dilakukan. Hal ini bisa dilakukan melalui
sekolah formal maupun non-formal atau belajar mandiri melalui media masa, media
elektronik yang sudah berkembang begitu pesat akhir-akhir ini.
Bagaimana
agar pembelajaran dapat dilakukan dengan aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan perlu adanya sarana prasarana yang memadai dan variasi media agar
tidak membosankan.
Ilmu dan Teknologi
yang berkembang kita optimalisasikan untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai
dengan yang diharapkan diatas. Dalam pembelajaran wacana interpersonal ini dapat
menggunakan media audio-visual. Media tersebut sangat efektif dalam mengoptimalkan
modalitas belajar yang mereka miliki. Dengan optimalmya alat/indera respon
siswa diharapkan masukan yang diterima juga akan optimal dan bersifat lebih
permanen. Keefektifan menggunakan media audio-visual kita bisa memberikan
konteks pembelajaran tanpa harus mengajak siswa ke tempat dimana suatu kegiatan
komunikasi dilakukan, misalnya; Kita tidak harus pergi ke Australia, Amerika atau
ke Inggris jika ingin belajar Bahasa Inggris karena dengan teknologi yang
berkembang sekarang ini kita biosa manfaatkan ilmu dan teknologi untk proses
pembelajaran sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dapat optimal dengan biaya
yang relatif jauh lebih murah. Memang
belajar untuk berkomunikasi dengan suatu bahasa
yang paling optimal adalah kita datang dan belajar dimana bahasa itu
digunakan dalam masyarakat tersebut sehingga baik bentuk maupun konteks bahasa
akan dengan sendirinya terkuasai.
Adapun proses pembelajaran wacana interpesonal adalah
sebagai berikut:
a.
Wacana
interpesonal ini dibelajarkan dalam bentuk lisan.
b.
Media
yang digunakan dengan menggunakan media audio visual.
c.
Proses
pembelajarannya menggunakan metode BangMoGI.
d.
Wacana
tersebut merupakan wacana yang harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga konteks bahasa digunakan lebih bisa dipahami dan diaplikasikan dan
hidup sehari-hari.
2. Metode BangMoGI
Tahapan metode pembelajaran BangMoGI yang disajikan dalam
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
a.
Tahapan
Bang (membangun)
Tahapan ini
kita bangun moral, sikap, dan tindak tutur yang santun dalam berbahasa lisan
sesuai dengan konteks situasi dan budaya yang berkembang dalam masyarakat
pengguna bahasa tersebut dalam hal ini Bahasa Inggris. Termasuk memberi
motivasi bahwa dengan bahasa kita bisa menguasai ilmu dan teknologi apalagi
hampir semua ilmu dan teknologi yang pesat berkembang didunia adalah ditulis dalam bahasa Inggris.
Bagaimana tranfer ilmu dan teknologi bisa sampai pada kita kalau kita tidak
memahami bahasa tersebut baik lisa maupun tertulis. Bagaimana kita bisa hidup
berdampingan dengan bangsa lain jika kita tidak memahami bahasa sebagai alat
komunikasi tersebut tidak dikuasai. Untuk itu bahasa dalam hali ini Bahasa
Inggris merupakan sarana untuk mendapatkan Ilmu dan Teknologi yang bermanfaat
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Tidak lepas
dari ilmu dan teknologi adalah Iman dan taqwa yang harus dimilki oleh siswa
sehingga mereka dapat seimbang dalam hidupnya selama di dunia. Kebutuhan hidup
di dunia kita lakukan dengan ilmu dan teknologi sedangkan kebutuhan rohani dan
akhirat kelak kita lakukan dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan yang
aplikasinya berupa amalan-amalan yang baik dan benar dalam kehidupan manusia
sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
”Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap
orang memperhatikan perbuatan apa yang telah dilakukannya, sebagai persediaan
dihari esok. Bertakwalah kepada Allah . Sungguh, Allah tahu benar yang kamu
lakukan.
Q.S.
Surat Al Hasyr (Pengusiran) Ayat 18
Kita
jelaskan tujuan sosial, konteks dan situasi kapan, bagaimana, dan jalur
komunikasi apa yang digunakan sehingga siswa dapat mengetahui dengan benar
bagaimana ungkapanungkapan itu digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan
nyata.
- Mo (model)
Tahapan ini diberikan beberapa
percakapan melalui tayangan VCD pembelajaran yang memberikan contoh wacana
interpesonal digunakan lengkap dengan situasi dan kondisi serta siapa dean
jalur komunikasi apa yang digunakan, misalnya; Bagaimana untuk memberi salam
dengan Bahasa Inggris sesuai dengan waktu dan dengan siapa lawar bicara; Bagaimana ungkapan yang benar pada waktu kita
baru pertama kali jumpa/kenal; Bagaimana untuk mengungkapan ungkapan yang benar
untuk orang yang sudah kita kenal; Bagaimana menyela pembicaraan, dan lain
sebagainya.
- G (grup)
Langkah ini langkah untuk
melatih siswa untuk hidup bersama sehingga siswa dapat berinteraksi dengan
teman sebaya bahkan dengan gurunya. Kita bagi siswa di kelas itu menjadi
kelompok yang terdiri dari 4 orang atau berpesangan sesuai dengan kebutuhan
yang ada. Para siswa utnuk melakukan percakapan dengan mengacu pada model-model
percakapan yang telah siswa lihat. Laatihan ini dilakukan berualang-ulang
samp[ai siswa dapat memahami dan bisa menggunakan seandainya ungkapan tersebut
suatu waktu digunakan. Untuk penguatan pemahaman dan penggunanya ungkapan ini
seoptimal mungkin unutk bisa dibiasakan dalam preoses pembelajaran selanjutnya
sehingga secara tidar sadar siswa sudah dapat berkomunikasi dengan Bahasa
Inggris walaupun mungkin masih belum fasih dan lancar.
- I (individual)
Kita berikan beberapa contoh
simulasi suatu wacana interpesonal itu digunakan dengan cara memberi tanggapan
dengan cara memilih benar atau salah. Adapun simulasi yang dikerjakan siswa
untuk meningkatkan pemahaman terhadap penggunaan wacana interpesonal dalam
konteks dan situasi yang berbeda-beda dengan tujuan agar siswa dapat
menggunakannya dengan benar. Dengan menggunakan dengan benar wacana tersebut
dalam konteks situasi, bentuk dan siapa lawan bicara serta jalur komunikasi
yang digunakan secara tidak langsung sedang menjadikan siswa kita santun dalam
berkomunikasi yang sekaligus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mereka.
3. Contoh Wacana Interpersonal
Adapun
contoh materi wacana interpersonal adalah sebagai berikut:
- Cara memperkenalkan diri.
Jane : Good morning, Sir. What’s your name, please?
Sam : My name’s Smith, Mr. Smith.
Jane : Thank you, Mr. Smith.
Sam : What’s your name?
Jane : My name’s Jane.
Sam : Ah, yes Jane. My name’s Sam.
Jane : Thank you, Mr. Smith.
- Cara mengenali orang.
Mary : Good morning.
Francis : Excuse me. Are you Mary Brown?
Mary : Yes, I’m Mary Brown. Are you Sam Smith?
Francis : No. I’m not. I’m not Sam Smith. I’m Francis Matthews.
Mary : Oh I’m sorry Francis. Come in!
- Salam dan Perkenalan
1) Salam dan perkenalan
informal.
Francis : Hello,
Jane. How are you?
Jane : Hello.
I’m fine, thanks, Francis.
Francis : Oh, Jane
this is Bill.
Jane : Hello,
Bill.
Bill : Hello, Jane
2) Salam dan perkenalan
formal.
Mr. Robinson: How do you do? I’m George Robinson.
Francis :
How do you do, Mr. Robinson. I’m Francis Matthews.
Mr. Robinson : And
this is my wife.
Francis :
How do you do, Mrs. Robinson?
Mrs. Robinson : How
do you do?
4. Simulasi Situasi dan Konteks Bahasa Inggris


|
Student:
Hi, Mr. Burhan.
![]() |
![]() |
b.
|
Student: Hello, Mrs Tuti.


|
Student:
Good morning, Mr Budi.


|
Student:
Good morning, Mrs. Jeni.


|
Student 1: Hi. How do you do? Student 2: Hi. How do you do? My name is Amin.
My name is Ahmad.


|
Student 1: Nice to meet you. Student 2: Nice to meet you too.


|
Student 1: Hi. How do you do? Student 2: I’m fine, thank you.


|
Student 1: Hi. How are you? Student 2: I’m very well, thank
you.
I’m fine too. And you.


|
Officer: Hello, Sir.


|
Officer: Good afternoon, Sir


|
Son: Good evening, Dad.


|
Doughther: Good night, Mom.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kehidupan
berbangsa dan bernegara yang tangguh dan kokoh perlu diupayakan dalam dunia yang
global ini. Untuk itu bangsa ini harus memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi agar bangsa ini bisa dianggap santun dalam hubungan antar bangsa. Salah
satu yang mentukan kesantunan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain /
bangsa lain yaitu dikuasainya alat komunikasi, dalam hal ini adalah bahasa. Setiap
behasa tumbuh dari situasi dan kondisi dimana suatu budaya itu berkembang.
Bahasa Inggris adalah salah satu alat komunikasi yang penting karena Bahasa
Inggris diakui oleh dunia internasional sebagai bahasa internasioal. Agar dapat
berhubungan dengan baik, lancar, santun dan berterima, kita perlu menguasai wacana-wacana
yang ada dan tumbuh dalam budaya dimana Bahasa Inggris ada dan digunakan oleh
masyarakatnya. Salah satu wacana yang ada adalah wacana interpersonal. Wacana ini harus dikuasai oleh seseorang
jika dia ingin dikatakan santun. Walaupun tidak banyak dan panjang jika kita
tidak tahu, tidak benar dan tidak sesuai dengan konteks situasi dan kondisi
bahasa itu harus digunakan kadangkala bisa mendatangkan masalah dalam kita
berhubungan interaksi antar sesama manusia, bahkan kita bisa-bisa dikatakan
orang yang tidak sopan dan santun. Maka dari itu wacana interpersonal harus
dikuasai dalam kita berbicara menggunakan Bahasa Inggris agar dalam hubungan
intyerpersonal dengan mereka lancar dan berterima.
B. Saran
Sudah
waktunya kita untuk bangun dan sadarkandiri bahwa bangsa ini perlu belajar
banyak tentang segala hal, agar kita tidak seperti katak dalam tempurung yang
menganggap bahwa segalanya sudah dikuasai dan merasa sudah paling hebat. Yang
pada kenyatanya kita masih harus belajar banyak, agar bangsa ini bisa berbicara,
setara dengan bangsa lain dan tetap diperhitungkan dalam hubungan antar bangsa.
Selamat berjuang demi Indonesia Raya dan Jaya!
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary
Ginanjar.2005. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Penerbit Arga.
Agustin, Helena I.R, Dra., M.A., PhD.
2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Inggris. Jakarta :
Dirjendikdasmen.
Bambang Purnomo. 2006. Implementasi
Kurikulum 2004 dan Contextual Teaching and Learning Approach (CTL) melalui
Metode BangMoGI. (Makalah)
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Bahasa Inggris SMP dan MTs. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama.
De Porter,
Bobbi & Hernaki, Mike. 2005. Quantum
Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: PT Mizan
Pustaka.
Djawanto PS,S.E. 2000. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan
Teknis Penulisan Skripsi. Yogyakata : Liberty Yogyakarta.
Junus,
Mahmud, H., Prof. 1990. Tarjamah Al Quran Al Karim. Bandung: PT Al-Ma’rif.
Tomalin, Barry. Follow Me. (script VCD pembelajaran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar