PENERAPAN THE NEAREST NEIGHBORHOOD MEDIA
MELALUI
METODE BANGMOGI UNTUK
MENINGKATKAN
KEAKTIFAN DAN
HASIL BELAJAR
MENULIS DESCRIPTIVE TEXT
SISWA KELAS
7A SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 4 GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
OLEH:
BAMBANG PURNOMO
NIM 09082031
MATA KULIAH : PENELITIAN KUALITATIF
DOSEN : Prof. Dr. Samsi Haryanto,
M.Pd.
PROGRAM : PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI: PENELITIAN DAN EVALUASI
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SARJANAWIYATA TAMANSISWA (UST)
YOGYAKARTA
Yogyakarta,
2011
Kepada:
Yth. Kepala SMP Negeri 4 Gombong
Kabupaten Kebumen
Di Gombong
Dengan hormat,
Dengan ini saya, Guru bahasa
Inggris Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Gombong Kabupaten Kebumen, Propinsi
Jawa Tengah, mohon diijinkan untuk mengadakan penelitian tindakan kelas pada:
Kelas : 7a
Semester : 2
Tahun Pelajaran : 2010/2011
Sekolah : SMP Negeri 4 Gombong
Demikian permohonan ijin disampaikan dengan harapan dapat dikabulkan.
Atas ijin dan kebijaksanaannya, saya ucapkan terima kasih.
Gombong, 6 Desember 2010
Hormat
saya (peneliti)
Bambang
Purnomo
KATA PENGANTAR
Saya (peneliti) memaanjatkan puji
syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyusun proporsal penelitian tindakan kelas
ini.
Proporsal
Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul ‘Penerapan The Nearest Neighborhood Media melalui Metode BangMoGI untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Menulis Descriptive Text Siswa Kelas 7a Sekolah
Menegah Pertama Negeri 4 Gombong Kabupaten Kebumen’ adalah upaya untuk memperbaiki
proses pembelajaran, disamping itu untuk meningkatkan profesionalisme yang pada
akhirnya merupakan langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dalam proses
pembelajaran maupun dalam pencapaian hasil pembelajaran.
Peneliti
menyadari bahwa penyusunan proporsal ini
masih belum sepenuhnya sempurna untuk itu, peneliti menyampaikan penghargaan
dan terima kasih kepada semua pihak yang sudi kiranya memberikan masukan demi
terlaksanya rencana penelitian tindakan kelas ini dengan baik dan lancar.
Akhirnya
peneliti berharap semoga proporsal ini dapat terlaksana sesuai dengan yang
direncanakan. Ada lebih dan kurangnya peneliti mohon maaf yang
setulus-tulusnya.

Peneliti,
Bambang
Purnomo
NIM
09082031
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
SURAT PERMOHONAN IJIN MENELITI ………………………… ii
KATA PENGANTAR ………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………….. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………….. 1
- Identifikasi Masalah .................................................................. 2
- Pembatasan Masalah .................................................................. 4
- Rumusan Masalah ………………………………………….. 4
- Tujuan Penelitian ………………………………………….. 5
- Manfaat Penelitian ………………………………….. 5
BAB II LANDASAN
TEORI DAN HIPOTESIS
A.
Landasan Teori ………………………………………….. 8
B.
Penelitian Yang Relevan ………………………….. 25
C.
Kerangka Berpikir ………………………………………….. 26
D.
Hipotesis Tindakan ………………………………………….. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
- Setting Penelitian ………………………………….. 29
- Subyek Penelitian ………………………………………….. 30
- Sumber Data ………………………………………………….. 31
- Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................. 31
- Validasi Data .............................................................................. 32
- Analisis Data .............................................................................. 32
- Indikator Kinerja .................................................................. 32
- Prosedur Penelitian .................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 40
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Writing adalah salah satu dari empat kompetensi yang
seharusnya dikuasai oleh siswa-siswa Sekolah Menengah Pertama dalam proses
pembelajaran bahasa Inggris. Kenyataan yang ada bahwa banyak siswa yang belum
memiliki kompetensi menulis tersebut. Kompetensi menulis merupakan kompetensi
yang memerlukan pengetahuan yang komprehesif karena para siswa sebelum menulis
suatu teks mereka harus mengetahui karakteristik dari sebuah teks tersebut agar
hasil teks yang dihasilkan dapat berterima oleh dunia international.
Writing descriptive text merupakan kompetensi penting bagi siswa Sekolah
Menengah Pertama karena writing descriptive
text merupakan salah satu Kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Inggris
yang harus dukuasai oleh siswa Sekolah Menegah Pertama / Madrasah Tsanawiyah.
Untuk mengetahui kondisi awal
peneliti melakukan pre-test activitivity (test sebelum pembelajaran menulis teks deskriptif dilaksanakan yang hasilnya
merupakan Kondisi Awal (N0)) penelitian tindakan kelas.
Pengetahuan
tentang karakteristik dari teks deskriptif bahasa Inggris para siswa harus tahu
antara lain: tujuan sosial, struktur umum dan fitur-fitur kebahasaan yang
muncul dalam suatu jenis teks naratif bahasa Inggris.
Dengan mengetahui karakteristik dari teks deskriptif bahasa Inggris seperti
tersebut diatas diharapkan para siswa dapat memiliki kompetensi untuk berkomunikasi
secara tulis dengan baik, benar dan berterima.
Dengan keadaan yang demikian
kompetensi writing descriptive text
siswa menjadi hal yang sangat penting karena kompetensi tersebut merupakan
salah satu Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah.
Sebagai salah satu alternatif upaya
meningkatkan kompetensi writing descriptive
text siswa adalah dengan menggunakan lingkungan terdekat (the nearest
neighbourhood) melalui metode BangMoGI untuk meningkatkan keaktifan dan hasil pembelajaran
menulis teks deskriptif bahasa Inggris.
B. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang dapat peneliti identifikasi
dintaranya aadalah sebagai berikut:
1. Mengapa pembelajaran menulis teks bahasa
Inggris siswa pada umumnya rendah?
2. Bagaimana meningkatkan hasil pembelajaran
menulis teks bahasa Inggris dengan baik, benar dan berterima?
3. Upaya apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan hasil pembelajaran menulis bahasa Inggris dengan baik, benar dan
berterima?
4. Apakah media lingkungan terdekat siswa
dapat meningkatkan hasil pembelajaran dengan baik, benar dan berterima?
5. Metode pembelajaran apa yang sesuai untuk meningkatkan
hasil pembelajaran menulis teks bahasa Inggris?
6. Apakah metode pembelajaran yang
bervariatif dapat meningkatkan perolehan hasil belajar siswa?
7. Apakah penggunaan pembelajaran
kontekstual/Cotextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan perolehan
hasil belajar siswa?
8. Bagaimana cara untuk membantu mengaktifkan
siswa?
9. Apakah keaktifan siswa dapat meningkatkan
hasil belajar siswa?
10. Dengan media apa agar aktifitas siswa dapat ditingkatkan?
11. Apakah kreatifitas siswa dapat meningkatkan perolehan hasil belajar siswa.
12. Apakah motivasi siswa dapat terbangun
dengan metode BangMoGI?
13. Apakah kedisiplinan siswa dapat
meningkatkan perolehan hasil belajar siswa.
14. Apakah tingkat kecerdasan siswa dapat meningkatkan
hasil belajar?
15. Bagaimanakah membangkitkan rasa senang siswa?
C. Pembatasan Masalah
Dari
identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi pada masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengupayakan agar hasil pembelajaran menulis teks deskriptif dapat
meningkat?
2. Media apa yang sesuai untuk digunakan
untuk pembelajaran menulis teks
deskriptif?
3. Metode pembelajaran apa yang sebaiknya
digunakan untuk meningkatkan keaktifan?
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang ada, maka secara spesifik
masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Bagaimana meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks deskriptif?
b. Apakah metode BangMoGI dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran untuk
mengaktifkan dan meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks deskripif ?
c. Apakah the
nearest neighbourhood media dapat
digunakan sebagai salah satu media pembelajaran untuk mengaktifkan dan
meningkatkan hasil pembelajaran
menulis teks deskripif ?
d. Apakah metode BangMoGI dengan menggunakan
the nearest neighbourhood media dapat
digunakan sebagai salah satu model pembelajaran dan media untuk mengaktifkan
siswa ?
e. Apakah metode BangMoGI dengan menggunakan
the nearest neighbourhood media dapat
digunakan sebagai salah satu model pembelajaran dan media untuk meningkatkan
hasil pembelajaran menulis
teks deskripif ?
Dari masalah-masalah
yang ada seperti tersebut diatas dapat diintegrasikan sehingga merupakan suatu upaya
pemecahan masalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil pembelajaran menulis teks deskriptif sehingga masalah tersebut peneliti rumuskan
” Apakah melalui metode BangMoGI dengan the
nearest neighbourhood media dapat
meningkatkan keaktifan siswa dan hasil pembelajaran menulis teks deskripif ?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian
tindakan kelas (classroom action reserach)
ini dilaksanakan dalam rangka mengupayakan agar keaktifan siswa dan hasil pembelajaran menulis teks deskriptif
dapat meningkat.
2. Tujuan Khusus
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan memiliki
tujuan khusus untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil pembelajaran menulis teks deskriptif melalui metode BangMoGI dengan
menggunakan the nearest neighbourhood
media.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
memiliki manfaat baik teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dan manfaat praktis peneliti
jelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian tindakan kelas ini memiliki
manfaat untuk mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatkan keaktifan siswa
melalui metode BangMoGI dengan menggunakan the nearest neighbourhood media.
b. Penelitian tindakan kelas ini memiliki
manfaat untuk mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks deskriptif melalui metode BangMoGI dengan
menggunakan the nearest neighbourhood
media.
c. Penelitian tindakan kelas
ini memiliki manfaat untuk mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatkan keaktifan
siswa dan hasil pembelajaran menulis teks deskriptif melalui metode BangMoGI dengan
menggunakan the nearest neighbourhood
media.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis tersebut
sekurang-kurangnya memiliki 3 manfaat yang peneliti uraikan sebagai berikut:
a. Bagi Guru
1) Untuk meningkatkan proses
pembelajaran.
2) Untuk meningkatkan
profesionalisme.
b. Bagi Siswa
1) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa
di sekolah.
2) Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
3) Untuk meningkatkan kompetensi
menulis teks naratif bahasa Inggris siswa.
c. Bagi Sekolah
1).Untuk memberikan
informasi faktual tentang keberhasilan pembelajaran.
2) Untuk memberikan masukan pada sekolah dalam
menyusun program
kegiatan pada tahun pelajaran berikutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Bahasa memiliki peranan sentral
dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan kunci
penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Mengingat fungsi bahasa yang bukan hanya
sebagai suatu bidang kajian, sebuah kurikulum bahasa untuk sekolah menengah
sewajarnya mempersiapkan siswa untuk mencapai kompetensi yang membuat siswa
mampu merefleksi pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain, mengungkapkan
gagasan dan perasaan, dan memahami beragam nuansa makna. Bahasa diharapkan
membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan
gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa
tersebut, membuat keputusan yang bertanggung jawab pada tingkat pribadi dan
sosial, menemukan serta menggunakan kemampuan-kemampuan analitis dan imaginatif
yang ada dalam dirinya.
Untuk mencapai kompetensi
berbahasa tersebut di atas, kurikulum ini berangkat dari seperangkat rasional
teoritis dan praktis yang mendasari semua keputusan perumusan standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dalam kurikulum ini.
Terdapat beberapa landasan
teoritis yang berimplikasi praktis dan mendukung penyusunan kurikulum ini.
Teori tersebut diadopsi sebagai kerangka berpikir sistematis dalam mengambil
keputusan dalam berbagai perumusan. Landasan kerangka berpikir tersebut
meliputi model kompetensi bahasa, model bahasa, tingkat literasi yang
diharapkan dicapai oleh lulusan, dan perbedaan hakikat bahasa lisan dan tulis.
1. Kompetensi
Kurikulum 2004, yang
dikembangkan menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan selanjutnya
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyebutkan bahwa kompetensi merupakan
pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara
konsinten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam arti
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan
sesuatu.
2. Model Kompetensi
Sejauh ini terdapat sejumlah
model kompetensi yang berhubungan dengan bidang bahasa yang melihat kompetensi
berbahasa dari berbagai perspektif. Dalam kurikulum ini model kompetensi
berbahasa yang digunakan adalah model yang dimotivasi oleh
pertimbangan-pertimbangan pedagogi bahasa yang telah berkembang atau berevolusi
sejak model Canale dan Swain kurang lebih sejak tiga puluh tahun yang lalu.
Salah satu model terkini yang
ada di dalam literatur pendidikan bahasa adalah yang dikemukakan oleh
Celce-Murcia, Dornyei dan Thurrell (1995) yang kompatibel dengan pandangan
teoritis bahwa bahasa adalah komunikasi, bukan sekedar seperangkat aturan.
Implikasinya adalah bahwa model kompetensi berbahasa yang dirumuskan adalah
model yang menyiapkan siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa untuk
berpartisipasi dalam masyarakat pengguna bahasa. Model ini dirumuskan sebagai Communicative
Competence atau Kompetensi Komunikatif (KK) yang direpresentasikan dalam
Celce-Murcia et al. (1995:10) sebagai berikut :



Sociocultural



Discourse Competence
![]() |
![]() |
||||
![]() |
Linguistic
Actional
Competence
Competence
Strategic
Competence
Gambar 1: Model Kompetensi
Komunikatif (dari Celce-Murcia et al.)
Kompetensi
utama yang dituju adalah kompetensi wacana (Discourse Competence) yang
didukung oleh kompetensi linguistik (Linguistic Competence), Kompetensi
sosiokultural (Sociocultural Competence) dan Kompetensi Tindak Tutur (Actional
Competence). Kompetensi writing ada di dalam Actional Competence.
3. Hasil Belajar
Dalam
kurikulum tingkat satuan pelajaran dinyatakan bahwa hasil belajar terdiri dari
2 yaitu: hasil belajar berdasarkan penilaian hasil dan penilaian berdasarkan
proses. Sehingga penilaian hasil dapat dilakukan dengan tes tertulis sedangkan,
penilain proses dapat dilakukan dengan cara pengamatan, dokumentasi foto maupun
movie, kuesioner, angket dan cara lain yang dapat memberikan gambaran tentang
perose yang terjadi baik dari segi aktivitas siswa, managemen kelas,
metode/model/teknik pembelajaran itu berlangsung.
Menurut
caranya dibagi menjadi 2 cara yaitu: dengan cara tes dan non-tes.
Dengan tes itu dilakukan untuk memperoleh
hasil pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan pada setiap KD atau beberapa KD,
dalam hal ini dikenal dengan ulangan harian, ulangan blok, tes formatif dan tes
sumatif, ulangan tengah semester, ulangan semester dan ulangan kenaikan kelas,
evaluasi tahap akhir dan atau ujian sekolah maupun ujian nasional. Dari data
yang diperoleh dapat berupa data nilai kuantitatif maupun kualitatif. Data
nilai kuantitatif semua penilaian yang dilakukan dengan satuan angka misalnya:
nilai 0 – 10 atau nilai 0 – 100. Sedangkan data nilai kualitatif dapat berupa
penilaian non-angka/data verbal misalnya: amat baik, baik, cukup, kurang, dan
kurang sekali atau misalnya sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat
rendah.
Untuk
mengetahui hasil belajar dapat dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis
dikelompokan dalam tes yang sifatnya subyektif dan tes yang sifatnya obyektif.
Tes subyektif biasanya tes yang berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah
sejenis tes untuk mengetahui perolehan hasil belajar yang memerlukan jawaban
yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-cirinya pertanyannya
didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Tes obyektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif karena hasil tes dapat dilakukan
oleh pihak lain yang tidak harus oleh pengajarnya atau yang membidangi materi
yang diteskan. Macamnya adalah seperti; tes benar-salah (true-false), Tes
pilihan ganda (Multiple choise test), Menjodohkan (matching test) dan Tes isian
tertutup (Completion test). Macam-macam tes diatas biasanya untuk mengukur
hasil belajar pada ranah kognitif, sedangkan ranah afektif tidak semudah ranah
kognitifuntuk melakukan pengukuran. Pengukuran ranah afektif dalam hal ini
misalnya sikap tidak dapat diukur sewaktu-waktu ( dalam arti pengukuran secara
formal) karena perubahan tingkah laku tidak dapat berubah sewktu-waktu.
Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama termasuk
pengembangan minat, penghargaan, serta nilai-nilai. Untuk itu perangkat
pengukuran yang digunakan dapat mengunakan catatan-catatan pengamaten,
kuesioner atau cara lain yang memungkin dapat dilakukan dan paling cocok dengan
kondisi dari yang dinilai atau diukur.
Ranah
yang lain adalah ranah psikomotor. Pengukuran ranah ini untuk mengetahui
terhadap hasil-hasil belajaryang berupa penampilan atau ketrampilan. Untuk
mengukur hal ini dapat digunakan rubrik penilaian atau pengukuran dengan
instrumen menurut skala Likert dengan skor dari kecil ke angka yang lebih besar
jika memerlukan data kuantitatif atau data kualitatif dari paling rendah ke
paling tinggi, atau dari sangat jelek ke sangat baik dan atau sebaliknnya.
Hasil
belajar adalah sesuatu pencapaian dari suatu kegiatan belajar. Pencapaian hasil
belajar dapat diketahui dengan dua cara yaitu; dengan cara pengukuran (kegiatan
menentukan kuantitas suatu obyek) dan dengan cara penilaian (kegiatan
menentukan kualitas suatu obyek). Karena keduannya ada perbedaan yang
prisipiil, kedua kegiatan dapat dikatakan ’dua’ atau dwi, Tetapi kedua kegiatan
itu saling berhubungan maka kegiatan itu kadang disebut dengan
sebutan’dwitunggal’.Dari pembahasan pengertian pengukuran dan penialain sifat
suatu obyek seperti telah disebutkan diatas, bagaimanapun kegiatan tersebut
harus dapat benar-benar mewakili sifat suatu obyek. Dengan kata lain skor atau
nilai prestasi belajar dapat mewakili prestasi belajar yang sesunggguhnya.
Kegiatan
mengukur sifat suatu obyek adalah suatu kegiatan menentukan kuantitas sifat
suatu obyek melalui aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang diperoleh
benar-benar mewakili sifat suatu obyek yang dimaksud. Kuantitas yang diperoleh
dari suatu pengukuran sifat suatu obyek adalah skor, misalnya: 60, 57, 68,
89,75 59,76,75,75,90 dan sebagainya. Kuatitas pengukuran sifat suatu obyek
dibedakan menjadi dua yaitu; kuantitas kontinu dan kuantitas niminal. Yang
dimaksud skor kontinu adalah suatu kuantitas yang unit-unitnya mengalami
perubahan secara berangsur-angsur, misalnya dari 60 menjadi 60,5 atau menjadi
59,5 dan seterusnya.
Adapun yang dimaksud dengan kuantitas
nominal atau deskrit adalah suatu kuantitas yang unit-unitnya tidak dapat
berubah-ubah dari 15 menjadi 15,5 siswa atau 14,5 siswa dan seterusnya. Oleh
karena itu dalam dunia pendidikan dalam pengukuran hasil belajar hanya mengenal kuantitas
kontinu. Kuantitas kontinu diatur dalam dua skala yaitu; skala interval dan
skala ordinal. Skala interval suatu skala yang tidak mengenal titik nol mutlak
dan intervalnya sama, sedangkan skala ordinal adalah skala yang tidak mengenal
titik nol mutlak dan intervalnya tidak sama. Suatu skala tidak mengenal titik
nol mutlak maksudnya adanya suatu kuantitas dari sifat suatu obyek dalam skala
tersebut tidak terukur oleh suatu alat pengukur, maka diberi angka nol. Tetapi
bukan berarti tidak ada kuantitas sama sekali.
Kegiatan
menilai sifat suatu obyek adalah suatu kegiatan menentukan kuanlitas sifat
suatu obyek. Kagiatan tersebut tidak lepas dari skor-skor sifat suatu obyek.
Agar skor-skor itu bermakna maka perlu dibandingkan dengan suatu acuan-acuan
yang relevan, yang sesuai dengan sifat suatu obyek, misalnya prestasi belajar
siswa dalam penguasaan mata pelajaran tertentu. Kegiatan membandingkan harus
dilakukan secara obyektif sehingga hasil perbandingan yang berupa makna atau
kualitas benar-benar mewakili kualitas hasil belajar yang sesungguhnya.
Misalnya; kualifikasinya amat baik, baik, cukup, kurang atau meragukan, amat
kurang, atau gagal.
Kualitas
atau nilai sifat suatu obyek akan ada apabila kuantitas dari sifat suatu obyek
tersebut. Demikian pula, kuantitas suatu obyek tidak akan berarti jika
kuantitas itu tidak diubah menjadi kualitas.
4. Keaktifan
Keaktifan
berasal dari kata dasar aktif mendapat awalan ke dan akhiran an sehingga dari
kata sifat menjadi kata benda yaitu proses kegiatan aktif. Aktif dimaksud bukan
saja aktif jasmani saja dalam hal ini mencakup aktif otak dan perasaan.
Sehingga keaktifan tersebut meliputi aktif jasmani, rohani, dan daya pikir
manusia. Dengan kata lain, manusia dikatakan aktif jika satu atau lebih dari
indera kita berfungsi untuk merespon dari stimulus yang ada, oleh karena itu
keaktifan tidak hanya dirtikan aktif karena adanya gerakan badan, kepindahan
badan seseorang tetapi orang dapat dikatakan aktif jika fungsi indera seseorang
mampu merespon stimulus yang ada sehingga dapat mengaktifkan fungsi otak yang
dimiliki individu tersebut. Jadi seseorng kelihatannya diam secara fisik tetapi
dapat dikatakan aktif karena mereka sedang melakukan kegiatan mendengar dan
berfikir. Dalam hal ini yang aktif bukan fisik secara keseluruhan tetapi fungsi
otak yang sedang berfungsi dan tingkat keaktifan otak manusia tidak tidak sama
antara individu yang satu dengan lainnya. Pada usia anak-anak (12 – kebawah)
sering kali yang lebih dominan adalah keaktifan fisik tetapi setelah melewati
usia anak banyak sekali keaktifan yang tadinya fisik bergeser ke-keaktifan non
fisik. Karena kebutuhan dari fungsi otak dalam berfikir semakin meningkat.
Konfusius
lebih dari 2000 tahun silam telah menyatakan:
Yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya lihat, saya ingat,
Yang saya kerjakan, saya pahami.
Tiga pernyataan diatas memberikan isyarat
bahwa keaktifan dalam belajar adalah perlu. Dengan kata lain belajar aktif
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran setiap individu. Dan kata bijak itu
dimodifikasi dan dikembangkan oleh Melvin L Siberman dengan sebutan Paham
Belajar Aktif.
Yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit
ingat.
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan
atau didiskusikan dengan orang lain, saya mulai memahami.
Dari yang dengar, lihat, bahas, dan terapkan,
saya dapatkan pengetahuan dan ketrampilan.
Yang saya ajarkan pada orang lain, saya
kuasai.
Dari
pernyataan-pernyataan diatas sangatlah jelas tingkat keaktifan manusia dalam
belajar akan mempengaruhi perolehan hasil belajar yang didapat. Semakin aktif
semakin banyak yang diperoleh dalam kegiatan belajar.
5. Teks
Pada dasarnya, kegiatan komunikasi verbal
adalah proses penciptaan teks, baik lisan maupun tertulis, yang terjadi karena
orang menafsirkan dan menanggapi teks dalam sebuah wacana. Maka teks adalah
produk dari konteks situasi dan konteks budaya. Misalnya, ketika seseorang
berbahasa Inggris, ia tidak hanya harus menggunakan kosa kata bahasa Inggris
melainkan juga menggunakan tata bahasanya agar ia dipahami oleh penutur
aslinya. Sering ada anggapan bahwa berbahasa secara komunikatif tidak perlu
terlalu memperhatikan tata bahasa. Akan tetapi, sering kurang disadari bahwa
kalalaian bertata bahasa menimbulkan banyak miskomunikasi yang barangkali tidak
berdampak serius dalam percakapan santai, tetapi bisa berdampak sangat serius
bahkan berakibat fatal dalam konteks formal atau akademis. Oleh karena itu, target
kegiatan writing dalam konteks
situasi dan kondisi yang beragam akan membantu siswa dalam menghasilkan teks
bentuk tulis.
6. The Nearest Neighbourhood
Media
The
Nearest Neighbourhood Media yang dimaksud adalah media pembelajaran
menggunakan lingkungan terdekat siswa. Misalnya: teman-teman sekelasnya,
benda-benda yang mereka miliki, benda-benda yang ada didekatnya (meja, kursi,
tas sekolah, kelas, dsb) dan lingkungan tempat kereka biasa tinggal
(sekolahnya, rumahnya, tempat bermainnya, dll).
7. Jenis Teks (Genre)
Yang dimaksud dengan Genre yaitu jenis-jenis teks. Kita mengenal istilah ini dari Kurikulum 2004 yang dikembangkan menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
selanjutnya menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ada 12 jenis teks yang dijelaskan dalam
kurikulum tersebut antara lain: Recount, Report, Discussion, Explanation, Analytical
Exposition, Hortatory Exposition, New Item, Anecdote,
Narrative, Procedure,
Descriptive dan Review. Namun untuk jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP) kelas VII, VIII
dan IX kompetensi yang harus dicapai hanya 6 jenis teks yaitu Descriptive, Recount, Narrative, Anecdote,
Procedure dan Report.
8. Teks Deskriptif
Teks deskriptif adalah salah satu jenis
teks (genre) bahasa Inggris yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
|
9. Metode BangMoGI
Metode BangMoGI adalah nama
langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning Approach) yang peneliti berikan dengan
tujuan untuk mempermudah mengingat untuk dilakukan sehingga dengan menyebutkan satu
kata guru akan mengetahui tahap-tahap pembelajaran yang harus dilalui. Metode
ini merupakan suatu langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan
prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL).
Ada empat tahapan dalam langkah-langkahnya
yang dapat digambarkan sebagai berikut:



I (Individual/Independent)
Gambar 2: Diagram langkah-langkah metode BangMoGI
a. Bang (Membangun/Mengembangkan/Building/Improving)
Bang (Membangun/Mengembangkan/Building/Improving) suatu tahapan dimana
guru membangun/mengembangkan pengetahuan atau piranti atau hal-hal yang
berhubungan dengan materi/bahan yang akan disampaikan/dipelajari /didiskusikan
pada tahap pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini dapat berupa deskipsi,
ilustrasi, inquiry, questioning ataupun hal lain yang berhubungan dengan dunia
nyata yang dapat mendukung untuk pembelajaran selanjutnya. Jenis teks yang akan
dibelajarkan misalnya, narrative text maka
semua pembelajaran juga peneliti arahkan untuk bagaimana siswa memahami tujuan
sosial, memahami stuktur umum dan memahami fitur-fitur kebahasaan dari teks narrative text tersebut.
b. Mo (Model/Modeling)
Mo (Model/Modeling) suatu
tahapan pemberian satu atau beberapa model dari
materi yang telah diprogramkan. Kegiatan yang bisa dikembangkan misalnya: questioning, constructivism dan modeling.
Contoh kegiatan yang peneliti lakukan antara lain; peneliti memberikan
contoh-contoh teks melalui story telling,
worksheet atau program power point yang ditayangkan dengan LCD;
peneliti tanyakan isi informasi teks-teks tersebut baik informasi tersurat
maupun tersirat; peneliti juga menjelaskan tentang bagaimana retorika sebuah
teks itu disusun.
c. G (Grup/Grouping)
G (Grup/Grouping) adalah merupakan tahap melatih
siswa untuk dapat bekerja secara kelompok. Kelompok dapat terdiri 4
siswa atau lebih tergantung situasi dan kondisi kelas dan materi yang akan
dikerjakan. Kegiatan yang dapat dikembangkan misalnya: learning community, assessment,
evaluation masih dalam grup. Adapun
contoh aktivitasnya adalah sebagai berikut, mereka pertama-tama mendiskusikan
cerita apa yang baru didengar, dibaca atau dilihat dan didengar serta
didiskusikan dalam kelompok tersebut.
d. I (Individual/Independent)
I (Individual/Independent) tahapan ini merupakan tahap untuk mengetahui
pencapaian dari langkah-langkah sebelumnya. Target yang dituju adalah semua
peserta didik tuntas. Sehingga prinsip-prinsip mastery learning ada didalamnya. Kegiatan yang dapat dilakukan
dalam kegiatan ini dapat berupa evaluasi maupun reflection atau pengambilan nilai. Contoh kegiatannya adalah peneliti
memerintahkan masing-masing siswa untuk memproduk sebuah teks naratif dikelas dan
atau dirumah.
Berikut
peneliti berikan teori yang dikembangkan menjadi metode BangMoGI, Callaghan dan
Rothery menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Inggris dapat dilalukan melalui
empat tahapan pembelajaran seperti yang
terlihat dalam gambar dibawah ini.
The four
steps in the Teaching –Learning Cycle are:
Step One : Building the context or field of the topic or text-type
Step Two : Modeling the genre under focus
Step Three : Joint Construction of the genre
Step Four : Independent Construction of the genre

Gambar 3 : The Teaching Learning Cycle. Source: Burns and Joyce: 1991 (Adapted from Collaghan and Rothery 1988)
10. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning Approach (CTL) merupakan pendekatan pembelajaran
dimana proses pembelajaran seoptimal mungkin mengkaitkan materi pembelajaran
dengan konteks yang ada di dunia nyata sehingga siswa dapat menerapkan ilmu dan
pengalaman yang mereka dapatkan dari proses pembelajaran untuk bisa survival dalam hidup yang sebenarnya
kelak. Dan bekal yang sudah mereka miliki merupakan modalitas untuk ketrampilan
hidup (life skill).
Menurut Zahorik
pengertiannya adalah sebagai berikut:
“Knowledge is
constructed by humans. Knowledge is not a set of facts, concept, or laws waiting to be discovered. It is not
something that exists independent of a knower.
Humans create or construct knowledge as they attempt to bring meaning to their
experience. Everything that we know, we have made”
Zahorik
: Contextual Teaching-Learning
(2003:3)
Menurut Elaine B. Johnson ada tujuh strategi penting
dalam berupaya melaksanakan pembelajaran dengan mengggunakan pendekatan
pembelajaran kotekstual antara lain sebagai berikut: pengajaran berbasis
masalah, menggunakan konteks yang beragam, mempertimbangkan kebhinekaan siswa,
memberdayakan siswa untuk belajar sendiri, belajar melalui kolaborasi,
menggunakan penilaian autentik dan mengejar standard tinggi. (Elaine B.
Johnson, 2010:21-23)
Disamping itu ada tujuh prinsip-prinsip CTL adalah
sebagai berikut:
1.
Kontruktivisme (Constructivism)
2.
Belajar dengan melakukan (Inquiry)
3.
Bertanya (Questioning)
4.
Pemodelan (Modeling)
5.
Belajar Berkelompok (Learning Community)
6.
Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
7.
Refleksi (Reflection)
Dengan didasari teori belajar kontruktivistik bahwa
belajar adalah proses mengkontruksi sesuatu pada seorang individu yang sedang
melkukan pembelajaran, bukan peoses transfer ilmu. Pembelajaran akan lebih
bermakna jika daya pikir pembelajar dapat mencapai pada tingkat menkontruksi
suatu yang mereka dapatkan.
CTL adalah sebuah system yang tidak berdiri sendiri. CTL
mengandung bagian-bagian yang salin terkait dan berhubungan. Dari bagian-bagian
yang ada memiliki hal yang unik dan meberi dampak yang tersendiri. Untuk itu
agar proses pembelajaran dapat lebih memberi makna bagian-bagian yang terpisah
itu dapat saling terkait dan dapat member kontribusi masing-masing sehingga
dapat membantu siswa dalam memahami makna dari pembelajaran termasuk
materi-materi yang bersifat akademik.
Ada 8 komponen yang
terkait dengan CTL antara lain sebagai berikut:
1.
Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna
2.
Melakukan pekerjaan yang berarti
3.
Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
4.
Bekerjasama
5.
Berfikir kritis dan kreatif
6.
Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
7.
Mencapai standar tinggi
8.
Menggunakan penilaian autentik
Menurut Johnson dalam (Elaine B. Johnson, 2010:19) bahwa hakekat CTL adalah makna, bermakna,
dan dibermaknakan seperti yang tertera dalam kutipan sebagai berikut:
... an educational process that aims to help
students see meaning in the academic material they are studying by connecting
academic subjects with the context of their daily lives, that is, with contect
of their personal, social, and cultural circumtance. To achieve this aim, the
system encompasses the following eight component: making meaningful
connections, doing significant work, selt-regulated learning, collaborating,
critical an creative thinking, nurturing the individual, reaching high
standard, using authentic assessment.(Johnson,2002:25)
B. Penelitian Yang Relevan
Adapun jenis penelitian yang
relevan dalam hal ini adalah Penelitian Tindakan Kelas / PTK (Classroom Action Research / CAR) yang
berjudul antara lain sebagai berikut:
- Upaya Meningkatkan Pembelajaran Menulis Teks Narratif dengan Multimedia melalui Metode BangMoGI. Penelitian Tindakan Kelas. Bambang Purnomo. 2005
- Optimalisasi Pembelajaran Teks Report dengan Magic Whist melalui Metode BangMoGI. Penelitian Tindakan Kelas. Bambang Purnomo, 2006.
- Optimizing Learning Media to Create The Ejoyable English Learning Proccess. Penelitian Tindakan Kelas. Bambang Purnomo, 2005.
- Upaya Meningkatkan Hasil Ujian Nasional melalui The Small Group Guidancing Model. Penelitian Tindakan Sekolah. Bambang Purnomo. 2009.
C. Kerangka Berfikir
Berbicara tentang pencapaian
hasil pembelajaran dapat dilihat dari berbagai hal yang mempengaruhi antara
lain: in-put siswa, kecerdasan, ketekunan, motivasi siswa, motivasi guru dalam
melaksanakan pembelajaran, kompetensi yang dimiliki guru khususnya kompetensi bahasa
Inggris yang dimilikinya, kreatifitas guru dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran selalu mengalami inovasi sesuai dengan situasi kondisi yang ada
dalam pembelajaranya, dan sarana prasarana agar pembelajaran dapat berlangsung
secara optimal sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan aktif , kreatif, efektif
dan menyenagkan.
Kuriklulum 2004 yang dikembangkan menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
selanjutnya menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menetapkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mendapat
pembelajaran. Pemerintah melalui kurikulum hanya menetapkan kemampuan minimal
yang harus dimiliki oleh pesrta didik yang dinyatakan lulus. Dengan demikian
kreatifitas guru sangat diperlukan untuk meningkatkan pembelajarannya. Dengan
proses pembelajaran yang semakin meningkat secara kwalitas maupun kwantitas
diharapkan hasil pembelajaran akan semakin meningkat pula. Melalui pembelajaran
teks (genre) guru dapat mengemas
pembelajarannya dalam rangka untuk mencapai beberapa aspek . Aspek kognitif dan
psikomotor dapat dinilai dari penilaian tindak bahasa (actional competence) sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam
kurikulum, antara lain kompetensi mendengar, kompetensi berbicara, kompetensi
membaca dan kompetensi menulis. Disamping kompetensi-kompetensi tindak bahasa
yang diukur guru seyogyanya mampu untuk meningkatkan pembelajarannya misalnya
meningkatkan kompetensi sikap. Yang dalam pengukurannya bisa dilakukan dengan
pengamatan, angket dan wawancara yang dituangkan dalam bentuk deskripsi hasil
penilaian.
Implementasi Kurikulum 2004 yang dikembangkan menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
selanjutnya menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL)
perlu diupayakan dalam rangka untuk menciptakan pembelajaran yang sebanyak aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Disamping situasi pembelajaran seperti
tersebut diatas, pencapaian kompetensi merupakan prioritas utama dalam tujuan
pembelajaran untuk itu perlu diupayakan untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran.
Pemanfaatan the nearest neighborhood media sebagai media pembelajaran melalui
langkah-langkah metode BangMoGI merupakan
salah satu alternatif model pembelajaran yang diduga dapat mengoptimalkan
proses pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis teks descriptive. Penelitian ini direncanakan dilakukan selama tiga
bulan tiga siklus penelitian. Siklus I pembelajaran menulis deskriptif orang,
siklus II pembelajaran deskriptif benda dan siklus III pembelajaran menulis
deskriptif orang.
Adapun kerangka
berfikir dari tindakan yang peneliti akan lakukan seperti pada diagram kerangka
berfikir pada gambar 4 bab II berikut di bawah ini.

Gambar 4: Diagram kerangka
berfikir penggunaan the nearest neighborhood media melalui
metode BangMoGI untuk meningkatkan keaktifan
siswa dan hasil belajar menulis teks deskriptif bahasa Inggris
D. Hipotesis Tindakan.
Adapun hipotesis tindakan yang dapat peneliti tetapkan adalah
penggunaan the nearest neighborhood media melalui metode BangMoGI
dapat meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar
menulis teks deskriptif bahasa Inggris siswa kelas 7a Sekolah Menengah Pertama Negeri
4 Gombong Kabupaten Kebumen.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian
tindakan ini peneliti laksanakan pada semester 2 kelas 7a SMP Negeri 4 Gombong
Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011. Adapun waktu pelaksanaannya meliputi kegiatan awal, siklus 1, siklus 2,
siklus 3 dan kegiatan akhir penelitian. Kegiatan awal dilaksanakan pada
Desember 2010 –Januari 2011, tindakan dilakukan selama bulan Januari- Pebruari
2011 dan kegiatan akhir pada bulan Pebruari-Maret 2011.
2. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas
(Clasroom Action Research) ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 4 Gombong Kabupaten Kebumen. Sekolah ini beralamatkan di jalan Yos
Sudarso Timur nomor 44 Gombong yang kurang lebih 20 kilometer dari kota Kebumen
ke arah barat. Telpon
(0287)471245 Kode Pos 54416. Sekolah ini memiliki rombongan belajar sebanyak 24
rombel yang terdiri dari 8 rombel kelas 7, 8 rombel kelas 8 dan 8 rombel kelas
9 kelas dengan masing-masing rombongan belajar sebanyak 32-36 oarang siswa,
memiliki tenaga pendidik sebanyak 40 guru yang sudah berkualifikasi sarjana 36
orang, 4 orang guru sedang studi lanjut dan yang sudah bersertifikat
profesional sebanyak 21 oarang guru, tenaga kependidikan 11 orang terdiri 5 orang
staf administrasi dan 6 orang penjada sekolah dan memiliki 1 orang petugas
laboratorium IPA dan 1 orang petugas perpustakaan, memiliki siswa sebanyak 820
siswa. Sekolah ini adalah sekolah potensial
untuk berkembang menjadi sekolah yang lebih baik lagi dari keadaan yang relatif
daya dukungnya sangat berpotensi untuk berkembang.
![]() |
Gambar
1: Foto dokumentasi SMP Negeri 4 Gombong tampak muka yang
sebelah kanan dan kiri dari jalan masuk
memiliki tempat
olahraga yang cukup memadai untuk
kegiatan siswa
B. Subjek Penelitian
Sujek
penelitian tindakan dilakukan pada siswa kelas 7a SMP Negeri 4 Gombong tahun
pelajaran 2010/2011 karena siswa tersebut adalah siswa-siswa yang sangat erat
hubungannya dengan permasalahan penelitian yang perlu untuk dilakukan tindakan
disamping itu kebetulan kelas itu adalah salah satu kelas yang peneliti
melakukan pembelajaran sebagai guru bahasa Inggris sekaligus kepala sekolah
Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Gombong Kebupeten Kebumen.
C. Sumber Data
Sumber
data yang dapat peneliti himpun adalah data primer dari hasil-hasil nilai pre-test
activity, pengamatan, penilaian proses, post-test activity, hasil diskusi,
wawancara, dokumentasi, dan data-data lainnya yang mendukung penelitian
tindakan kelas ini.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data melalui tes dan non-tes. Tehnik tes antara lain:
Pre-test activity, test-test selama proses
pembelajaransetiap siklus, post-test activity jenisnya esay tes. Data non tes
antara lain: hasil pengamatan, hasil diskusi, hasil wawancara, hasil
dokumentasi foto maupun movie kegiatan.
E. Validasi Data
Untuk
data tes divalidasi dengan kisi-kisi pembuatan soal esay sesuai satandard
kompetensi dan kompetensi dasar dalam silabus bahasa Inggris kelas soal-soal
Ujian Nasional yang sudah divalidasi olah 7 sekolah Menengah Pertama negeri 4
Gombong Kabupaten Kebumen Tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan data hasil
non-tes mengunakan triangulasi.
F. Analisis Data
Data-data
kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu
dengan membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes tes setelah siklus 1,
nilai tes tes setelah siklus 2 dan nilai tes setelah siklus 3. Sedangkan
data-data kualitatif dilakukan triangulasi data.
G. Indikator Kinerja
Adapun
indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan jika:
1. Hasil belajar menulis teks deskriptif
bahasa Inggris dari siklus ke siklus mengalami peningkatan dibanding kondisi awal.
2. Keaktifan siswa selama pembelajaran dari siklus
ke siklus mengalami peningkatan.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur
penelitian tindakan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar menulis teks deskriptif bahasa Inggris tahun pelajaran 2010/2011 kelas
7a siswa SMP Negeri 4 Gombong Kabupaten Kebumen dengan menggunakan the
nearest neighbourhood media melalui metode BangMoGI akan dilakukan
selama 3 bulan dengan jadwal waktu
seperti dalam tabel 1 bab III di bawah
ini sebagai berikut:
Tabel 1: Tabel jadwal kegiatan dan waktu
penelitian tindakan kelas
NO
|
KEGIATAN
|
WAKTU
|
KETERANGAN
|
1
|
Awal
|
Des2010-Jan2011
|
Pre-Research
|
2
|
Siklus I
|
Januari 2011
|
Minggu II-III (action I)
|
3
|
Siklus II
|
Januari 2011
|
Minggu III-IV(action II)
|
4
|
Siklus III
|
Februari 2011
|
Minggu I-II (action III)
|
5
|
Akhir
|
Feb. -Maret 2011
|
Post-Resarch and Reporting
|
Kegiatan awal dilakukan
pada akhir bulan desember 2010 tahun pelajaran 2010/2011 dengan mempersiapkan
perencanaan, perangkat dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitiaan
tersebut. Menganalisa hasil pre-test learning (tes sebelum kegiatan
pembelajaran menulis teks deskriptif dilaksanakan) selanjutnya hasil
analisisnya peneliti jadikan sebagai kondisi awal dari penelitian tindakan
kelas ini.
Siklus I dilaksanakan selama bulan Januari 2010 minggu II-III,
siklus II pada bulan Januari 2011 minggu III-IV dan siklus III pada bulan
Februari 2011. Setiap siklus penelitian
tindakan kelas ini memiliki empat kegiatan yakni:
1.
Perencanaan (planning)
2.
Pelaksanaan tindakan (acting)
3.
Pengamatan (observing)
4.
Refleksi (reflecting).
Kegiatan Akhir dilaksanakan pada bulan Februari s/d Maret 2011. Kegiatan yang
dilakukan peneliti pada saat itu adalah mengumpulkan semua data, menganalisis
data, mengolah data dan selanjutnya menuliskan penelitian tindakan kelas ini
dalam laporan penelitian tindakan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ary Ginanjar Agustian, 2005. Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ). Jakarta:
Penerbit Arga.
Agustin, Helena I.R, Dra., M.A., PhD.
2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Inggris. Jakarta :
Dirjendikdasmen.
Andreas
Priyono,dkk. 2001. Petunjuk Praktis Classroom Based Action Reseach.
Semarang : Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Jateng,
Departemen
Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum
2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP dan MTs. Jakarta
: Puskur Balitbang Depdiknas.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
DePorter,Bobbi,&Hernacki,Mike.
2005. Quantum Learning. Bandung:
Mizan
Elaine B. Johson,2010. CTL Contextual
Teaching and Learning. Bandung. Penerbit: Kaifa.
Masidjo,1995, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di
Sekolah. Yogyakarta.Penerbit: Kanisius.
Leonhardt,
Mary. 2005. Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Mark Anderson
and Kathy Anderson, Text Types in English, Malaysia, 2003.
Melvin L. Silbermen, 2010. Active Learning. Bandung.
Penerbit: Nusamedia dan Penerbit: Nuansa.
MGMP Bahasa Inggris
Kabupaten Kebumen, English Book 1 (English Competence Based through
Genre) for the Seventh Year, Kebumen
, 2004.
MGMP Bahasa Inggris
Kabupaten Kebumen, Pengembangan Silabus Bahasa Inggris, Depdikbud, Kebumen,
2005.
Mico Pardosi. 2004. Belajar Sendiri Internet. Surabaya.
Penerbit: Indah.
Mulyadi, MP, 2009,
Paparan
Karya Tulis Ilmiah Guru, Widyaswara LPMP Jateng
Nasution,S. 2008. Metode Reearch. Jakarta. PT Bumi
Aksara
Priyono,
Andreas, Drs. , Dipl,Art,M.Sc.Ed. dan Drs. H. Djunaedi. 2001. Petunjuk
Praktis Classroom Based Action Reseach. Semarang : Proyek Perluasan dan Peningkatan
Mutu SLTP Jateng.
Robert L. Slavin.2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung.
Penerbit: Nusa Media
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Penerbit Alfabeta.
Sugiyono, 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung.
Penerbit Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Suharsismi
Arikunto,2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar